BPPTKG Sesalkan Relawan Nekat Naik Puncak Merapi Saat Status Siaga

Photo Author
- Sabtu, 28 November 2020 | 20:34 WIB
Unggahan di video kawah Merapi di Instagram.
Unggahan di video kawah Merapi di Instagram.

YOGYA, KRJOGJA.com - BPPTKG menyayangkan adanya relawan yang memaksakan diri naik ke puncak Merapi pads 27 November kemarin dengan alasan mitigasi bencana. Hal tersebut tak seharusnya dilakukan karena di era teknologi saat ini, pemantauan Merapi dilakukan dengan cara yang lebih aman dan modern sehingga tak membahayakan nyawa manusia.

Kepala Seksi Gunung Merapi Agus Budi Santoso mengatakan saat ini terdapat 35 stasiun kamera yang berada di sekeliling Gunung Merapi, termasuk 9 stasiun kamera DSLR dan 2 kamera thermal. Foto yang diperoleh dari kamera menggantikan sketsa untuk mengukur perubahan morfologi secara spasial.

Saat muncul kubah lava Merapi pada Agustus 2018 lalu, BPPTKG menerapkan analisis fotogrametri untuk melihat perubahan morfologi dari waktu ke waktu. “Dari analisis fotogrametri, kita jadi tahu bagaimana kubah lava berkembang. Jadi kubah lava ini berkembang dari tengah kemudian ke sekitarnya atau pertumbuhannya cenderung endogenik,” ungkap Agus.

Selain memperoleh foto dengan teknik fotografi, BPPTKG juga menerapkan teknologi drone untuk menghasilkan foto. Kelebihan dari metode ini adalah foto dapat diperoleh dengan perspektif yang tepat seperti yang diinginkan, bahkan untuk daerah yang tidak terjangkau langsung oleh manusia.

“Dengan menggunakan drone ini, kita tidak perlu mendatangi tempat-tempat yang berbahaya. Seperti saat ini, tidak ada misi ke puncak karena pemantauan visual dapat dilakukan melalui drone dan satelit. Metode visual sudah cukup memadai sehingga tidak diperlukan misi ke puncak yang sangat berbahaya. Kejadian kemarin, ada teman kita yang mendaki ke puncak, itu tidak bisa dibenarkan karena dapat membahayakan diri sendiri,” tegas Agus.

Metode pemantauan visual lain yang telah diterapkan BPPTKG di masa saat ini adalah melalui satelit. Prinsipnya disebut Agus sama dengan metode drone yakni mendapatkan data foto objek dari atas tergantung jadwal pengambilan data oleh satelit sehingga bisa lebih rutin.

“Seperti pada metode drone, dengan menggunakan satelit, pengamat tidak perlu mengakses daerah-daerah yang berbahaya. Resolusi foto satelit saat ini dapat mencapai orde centimeter, sehingga sangat cukup untuk keperluan analisis morfologi,” ungkapnya lagi.

Minggu (22/11/2020) lalu saat terjadi guguran dinding kawah dari lava tahun 1954 yang disebut sebagai kejadian luar biasa karena volume yang runtuh cukup besar dan kejadian tersebut mengubah morfologi puncak. Agus sangat tidak menyarankan ada misi apapun ke puncak Gunung Merapi meskipun dengan alasan mitigasi karena kondisi saat ini masih sangat berbahaya.

Sebelumnya, seorang relawan melalui akun instagram laharbara memposting video dari puncak Merapi pada 27 November. Postingan tersebut disaksikan lebih dari 19 ribu kali dan mendapat 110 komentar.

Si pengunggah yang diketahui merupakan relawan Merapi sejak lama tersebut menunjukkan pula alasan misinya naik meski dalam status Siaga (Level III) yakni untuk memperlihatkan dan mengecek alat pemantauan puncak Merapi yang rusak karena kekuatan alam. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X