YOGYA, KRJOGJA.com - Akhir Lusono, sastrawan Jawa yang menggeluti dunia geguritan dan cerita cekak bersiap menggelar karya tunggal Minggu (25/10/2020). Uniknya, sastrawan yang akan berusia 50 tahun ini membaca geguritan di sumbu filosofis Yogyakarta.
Lusono beberapa waktu lalu sempat melakukan pagelaran ekstrem dengan konsep don't cry mama. Ia membaca gurit selama 5 hari 5 malam dalam waktu terlama dan mendapat rekor MURI. Ia juga pernah membaca gurit keliling Jogja, pameran geguritan di kampungnya dan di masa pandemi berulah pula di kanal youtube dengan gurit mbelingnya.
Kepada KRjogja.com, Akhir Lusono mengungkap ide membaca gurit di sumbu filosofis Yogyakarta tercetus karena ia ingin menggali sesuatu yang berbeda. Sumbu filosofis mulai Merapi, Tugu, Alun-Alun Utara, Panggung Krapyak dan Pantai Parangkusumo akan menjadi venue pembacaan gurit yang juga jadi kali pertama.
“Saya akan mulai dari membaca gurit di lereng Merapi, kemudian Tugu Pal Putih, Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta, Kandang Menjangan (Panggung Krapyak) dan akan diakhiri di pantai selatan atau Parangkusumo,†ungkapnya, Kamis (22/10/2020).
Dua buku antologi yang telah diterbitkan akan menjadi materi guritnya temani dua orang karibnya, yakni Slamet Muhtadi dan Sugiyatno. “Nanti saya akan menggunakan kostum wayang Werkudara dan membacakan judul gurit seperti Merapi, Malioboro, Gurit Wirit, Anak Wengis Ibu Nangis, Panelangsan, Basa Jawa, Gisiking Samodra, Simbok, Wonosari, Cupu Watu dan judul yang lain,†ungkapnya lagi.
Akhir Lusono berharap, kegiatan yang akan dilakukannya mampu memperkenalkan lebih jauh budaya Yogyakarta dengan tempat-tempat luar biasa yang menaunginya. “Mudah-mudahan tempat dan makna sumbu filosofis Yogyakarta semakin dikenal luas oleh berbagai kalangan,†pungkas dia. (Fxh)