YOGYA, KRJOGJA.com - Pandemi Covid-19 mengakibatkan hasil panen tidak bisa terserap secara maksimal di pasaran. Hal itu terjadi karena berkurangnya pendapatan masyarakat atau adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kondisi tersebut secara otomatis berdampak pada pendapatan petani.
"Pandemi ini sedikit banyak merugikan petani baik tanaman perkebunan, maupun hortikultura. Hal ini terjadi karena tidak seimbangnya antara penawaran dan permintaan. Terlebih adanya PSBB juga menghambat distribusi hasil pertanian ke beberapa daerah. Salah satu solusi untuk mengatasi kondisi tersebut adalah memberikan bantuan modal atau Kredit berbunga rendah dan tanpa agunan kepada petani," kata pengamat pertanian dari Akademi Pertanian Yogyakarta (APTA), Supriyati MP di Yogyakarta, Rabu (7/10/2020).
Supriyati mengungkapkan, supaya terjadinya kerugian bisa ditekan, selain kecermatan dalam memilih jenis tanaman. Perlu adanya pemasaran bersama secara berkelompok sehingga daya tawar petani tinggi dan bisa memotong rantai pemasaran yang panjang. Guna mewujudkan hal itu perlu pendampingan petani hortikultura dengan cara pengolahan hasil pertanian. Misal cabai basah diolah menjadi cabai kering, supaya bisa tidak cepat busuk.
"Dalam kondisi seperti sekarang dari sisi teknis perlu penanaman polikultur atau menanam lebih dari satu macam tanaman. Sehingga bila satunya rugi masih bisa memanen hasil lainnya. Tidak melakukan tanam serentak karena memang masa pancaroba itu April-Mei itu bagus untuk menanam hortikultura. Sehingga hampir semua petani menanam holtikultura efeknya terjadi kelebihan produksi ," terangnya. (Ria)