Di Kota Yogya Didominasi OTG, Sumber Penularan Sulit Dilacak

Photo Author
- Jumat, 4 September 2020 | 08:30 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Sepekan sejak temuan klaster penjual Soto Lamongan, sumber penularan masih belum diketahui secara pasti. Begitu juga terhadap kasus keluarga penjual toko kelontong di Bausasran Danurejan. Konfirmasi positif Covid-19 dengan orang tanpa gejala (OTG) yang mendominasi juga menyulitkan pelacakan sumber penularan.

"Sampai sejauh ini rekan-rekan di Dinas Kesehatan masih terus melakukan tracing baik yang di Soto Lamongan maupun toko kelontong di Bausasran. Belum diketahui asalnya dari mana. Yang soto ini ada karyawan yang pernah bepergian dari Blitar, dan sekarang OTG. Apakah penjualnya dapat dari dia atau orang lain, masih dilacak terus," urai Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogya Heroe Poerwadi, Kamis (3/9/2020) malam.

Meski demikian, penambahan kasus positif dari klaster Soto Lamongan ternyata masih terjadi. Dari sebelumnya 11 kasus menjadi 13 kasus dan hanya satu orang yang memiliki gejala, selebihnya OTG. Sedangkan dari penjual toko kelontong masih tetap tiga kasus, yakni ayahnya yang telah meninggaldunia pada 26 Agustus 2020 dan dua orang anaknya.

Heroe menyebut, kasus OTG cukup menyulitkan karena dari sisi fisik terlihat sehat akan tetapi membawa virus. Sehingga ketika dalam kerumunan banyak orang menjadi tidak bisa dideteksi siapa yang membawa virus. "Makanya satu-satunya pertahanan agar tidak tertular virus ialah disiplin menerapkan protokol. Itu harus disadari oleh semua pihak, dimana pun bahkan ketika di dalam rumah bersama keluarga," tandasnya.

Terkait temuan mutasi virus yang bisa menginfeksi sepuluh kali lebih kuat, menurut Heroe, hal itu merupakan ranah akademisi. Pihaknya selaku gugus tugas akan terus memberikan edukasi mengenai pentingnya protokol kesehatan di masyarakat. Apa pun bentuk virus dan mutasinya, imbuh Heroe, penerapan protokol tidak bisa lagi ditawar.

Oleh karena itu, semua bentuk kegiatan yang melibatkan masyarakat baik usaha maupun event dari skala kecil hingga besar harus memiliki protokol. Gugus tugas di kecamatan dan kelurahan saat ini juga diminta mengawasi protokol yang ada di wilayahnya.

"Siapa pun silakan ajukan prokotol, nanti supaya kami verifikasi. Masyarakat yang ingin membeli sesuatu, misalnya, cari yang mampu menerapkan protokol. Jika di sana tidak ada protokol, dihindari saja karena bisa jadi tidak aman," tegasnya.(Dhi)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X