TIDAK banyak yang menyangkan, tiba-tiba film pendek berjudul 'Tilik' menjadi viral di media sosial, jadi pembicaraan dimana-mana. Padahal sebenarnya, film tersebut produksi tahun 2018. Ceritanya sederhana, ibu-ibu akan bezuk Bu Lurah yang sakit. Tetapi suasana gosip yang dimotori Bu Tejo, sangat intens dan mencerminkan keseharian.
Menurut Kasi Film Dinas Kebudayaan DIY periode 2015-2018 Dra Sri Eka Kusumaning Ayu yang sempat mengampu pendanaan produksi Film Tilik menjelaskan, film pendek tersebut adalah salah satu penerima program Kompetisi Pendanaan Pembuatan Film Tahun 2018 alokasi dana keistimewaan (danais). Film yang lolos menerima pendanaan tersebut tema utama perihal dinamika kebudayaan di Yogyakarta.
"Dinamika kebudayaan itu beragam. Mulai dari kelahiran sampai kematian, tidak akan pernah lepas dari dinamika kebudayaan tersebut," tutur wanita yang saat ini menjabat Kasi Bahasa Sastra Disbud DIY.
Waktu itu lanjut Eka, banyak proposal yang masuk dengan berbagai tema dan tujuan film tersebut. Ketika itu sebut Eka, Disbud DIY memiliki beberapa program pemutaran film mulai dari desa, sekolah hingga maju tingkat festival.
"Saya masih ingat khusus untuk Film Tilik ini saat proposal masuk juga tidak mulus. Tidak serta merta diterima. Kurator juga banyak bertanya meski ide awalnya sangat bagus," sebut Eka.
Dijelaskan, banyak perdebatan sengit ketika itu. Khususnya pada segi teknis pengambilan gambar karena adegan utama berada di atas truk. Perdebatan mengenai teknik pengambilan gambar, faktor keselamatan di jalan hingga ketertiban lalu lintas menjadi pertimbangan utama.
"Bagaimana syutingnya, apakah gampang atau tidak, nanti jalannya mau lewat mana? Semua ditanyakan kurator. Hingga akhirnya disepakati lolos dan berhak menerima pendanaan 100 persen dari Dinas Kebudayaan DIY," terang Eka.
Dengan status film hasil pendanaan Dinas Kebudayaan DIY, logo dan produser harus terpasang dalam tiap kali penayangan. Tapi sutradara masih berhak mengirimkan karya tersebut ke berbagai ajang perlombaan, festival maupun penghargaan perfilman.
"Seperti halnya Film Tilik yang berhasil meraih penghargaan kategori Film Pendek Terpilih Piala Maya 2018. Selain itu juga menjadi Official Selection Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2018 dan Official Selection World Cinema Amsterdam 2019. Tapi logo dan produser Dinas Kebudayaan DIY tetap terpasang di visual film tersebut," kata Eka.
Sedang Kabid Adat Tradisi Lembaga Budaya dan Seni Disbud DI Dra Y Eni Lestari berharap film-film pendek produksi Disbud DIY dapat memberikan manfaat, pembelajaran, pendidikan kepada masyarakat. Selain itu dapat menjadi pemenang di berbagai ajang festival film, baik dalam dan luar negeri.
"Pada 2020 ini kami akan memilih 10 pemenang pendanaan film yang bakal diproduksi di 2021. Kami juga sedang menyiapkan Tim Pengembangan Film di DIY. Terbaru kemarin film Cipto Rupo produksi 2019 masuk festival dan terpilih 20 besar di Competition Golden Tree International Documentary Film Festival (GTIDFF) di Frankfurt Jerman," jelasnya. (Feb)