Di Tengah Pandemi 39.000 Wisatawan Banjiri DIY, Berikut Faktanya

Photo Author
- Rabu, 19 Agustus 2020 | 11:07 WIB
Pengunjung memadati kawasan semipedestrian Malioboro, Yogyakarta, sayangnya sebagian tidak mematuhi protokol kesehatan (Franzboedi Soekarnanto)
Pengunjung memadati kawasan semipedestrian Malioboro, Yogyakarta, sayangnya sebagian tidak mematuhi protokol kesehatan (Franzboedi Soekarnanto)

YOGYA, KRJOGJA.com -  Destinasi wisata di DIY yang beragam dengan ciri khas masing-masing, menjadi magnet tersendiri bagi para wisatawan. Karena itu, tidak mengherankan meski pandemi Covid-19 belum mereda, namun animo wisatawan untuk berwisata di DIY cukup tinggi. Berikut faktanya :

1. Dibanjiri 39.000 Wisatawan

Pada akhir pekan pertengahan Agustus 2020 kemarin atau Minggu (16/8), jumlah wisatawan yang mengunjungi berbagai objek wisata di DIY mencapai 39.000 orang. Angka ini merupakan jumlah kunjungan tertinggi selama pandemi Covid-19.

”Kunjungan wisatawan ke DIY dalam beberapa hari terakhir mengalami kenaikan cukup signifikan. Bahkan jika dibandingkan pekan-pekan sebelumnya, kemarin yang paling tinggi. Berdasarkan data di Visiting Jogja, jumlah pengunjung dalam sehari lebih dari 39.000 orang (mendekati 40.000 orang). Sedangkan jumlah objek wisata yang sudah menyatakan siap sebanyak 51 destinasi. Kalau dilihat profil wisatawannya, nomor satu (jumlah terbanyak) tetap dari DIY, kemudian Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DKI Jakarta,” kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo di Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (18/8).

2. Mayoritas Lokal

Menurut Singgih, meski mayoritas wisatawan yang membanjiri sejumlah destinasi wisata ini masih berasal dari DIY dan sekitarnya, namun apabila dilihat secara grafik, wisatawan dari luar DIY jumlahnya sudah mulai menunjukkan

peningkatan signifikan. ”Nomor satu tetap DIY, baru setelah itu Jateng, Jatim, Jabar, DKI. Sedangkan dari provinsi lain ada tapi kecil-kecil. Mudah-mudahan pandemi Covid19 segera berakhir, sehingga pariwisata DIY bisa segera pulih.

3. Butuh Sikap Proaktif  Wisatawan dan Pengelola

Sementara itu terkait banyaknya pengunjung dan kerumunan yang terjadi di kawasan Malioboro, Singgih menyatakan, selain sikap proaktif dari pengelola dalam menerapkan protokol kesehatan, perlu pula penegakan kedisiplinan dari wisatawannya sendiri. Pasalnya, jika hanya mengandalkan petugas yang ada di lapangan tidak mungkin, karena personelnya terbatas.

Walaupun untuk kawasan Malioboro hingga saat ini masih bisa berjalan dengan normal berkat penerapan protokol kesehatan oleh petugas, namun jangkauan di lokasi wisata seperti pantai, sangat terbatas jika hanya mengandalkan petugas saja.

”Saya kira jika hanya mengandalkan sepenuhnya kepada petugas tanpa disertai kesadaran dari wisatawan, tidak akan optimal. Untuk itu yang dibangun adalah kesadaran wisatawan juga, bagaimana saat mereka berada di ruang publik atau destinasi wisata, wajib menerapkan protokol kesehatan secara baik,” ungkap Singgih. Singgih menjelaskan, dari 39.000 wisatawan tersebut pemasukan dari tiket mencapai hampir Rp 150 juta. (Ria)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X