YOGYA, KRJOGJA.com - Dengan menghitung pengeluaran rata-rata mahasiswa Rp 3.028.850 perbulan, potensi uang yang beredar di DIY berkurang Rp 833,9 miliar perbulan di masa pandemi Covid-19. Hal ini dihitung dari jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta yang mencapai 107 di DIY. Penghitungan dengan mengutip data BI, yang menyebutkan bila cacah mahasiswa diploma dan sarjana mencapai 357.554, dan 77 persen merupakan mahasiswa pendatang.
Potensi Rp27 Miliar Hanya Diploma dan S-1
"Potensi uang beredar di DIY bisa berkurang sampai Rp 27 miliar perhari,†tandas Ketua Aptisi Wilayah V Prof Fathul Wahid PhD kepada media, Sabtu (1/8). Ini, lanjut Fathul, baru penghitungan di tingkat diploma dan sarjana perguruan tinggi. Angka tersebut belum masuk hitungan mahasiswa pascasarjana dan pelajar SMP-SMA yang tentu sudah ada yang datang dari luar kota. Angka tersebut belum termasuk perguruan tinggi kedinasan yang ada di DIY.
Wabah Covid-19, jelas Fathul, melahirkan kebijakan social and physical distancing yang kemudian membuat proses belajar mengajar dilakukan dalam jaringan (daring). Realita ini disebutnya telah membuat banyak mahasiswa memilih pulang kampung.
Belanja Mahasiswa Rp16,6 Triliun per Tahun
"Ini memiliki dampak sangat jelas di DIY. Belanja mahasiswa di DIY ini berkontribusi Rp 16,6 triliun pertahun terhadap ekonomi, sedikit di bawah belanja wisatawan yang mencapai Rp 20 triliun per tahun," ungkap Fathul yang juga Rektor UII, Dari survei yang diisi oleh 51 PTS awal Juli lalu, ungkap Fathul, 73 persen mahasiswa pendatang sudah pulang kampung. Dari 51 PTS tersebut, terdapat 84.885 orang (60 persen) mahasiswa pendatang. Saat ini, mahasiswa pendatang yang tinggal di DIY hanya 27 persen.
Data ini baru dari 51 PTS yang ada di Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2Dikti) Wilayah V. Padahal di L2Dikti Wilayah V terdapat 102 PTS dan 5 PTN. â€Yang menarik, uang mahasiswa pendatang yang digunakan untuk biaya hidup termasuk rekreasi, jauh lebih tinggi dibandingkan untuk biaya pendidikan,î tandas Ketua Aptisi Wilayah V yang juga Rektor UII.
Pengeluaran untuk Pondokan Rp600 Ribu
Survei Aptisi secara detail membandingkan pengeluaran mahasiswa tahun 2016 dengan 2020. Untuk pondokan tahun 2016 diperlukan Rp 450 ribu dan tahun 2020 menjadi Rp 600 ribu (kedua angka sudah dibulatkan). Sedangkan untuk makan dan minum diperlukan Rp 757.000 (2016) dan menjadi Rp 981.000 tahun 2020. Ini juga perlu menjadi pemikiran, karena dana transportasi bagi mahasiswa asli DIY ternyata lebih tinggi dibandingkan pendatang, baik di tahun 2016 maupun 2020.
Tahun 2016, mahasiswa pendatang memerlukan Rp 132.000 sedangkan mahasiswa asli DIY perlu Rp 156.000. Tahun 2020, mahasiwa pendatang memerlukan Rp 190.000, sedangkan mahasiswa asli DIY perlu Rp 197.000.
Pengeluaran Hiburan dan Rekreasi Tembus Rp708.785
Yang cukup menakjubkan, tambah Rektor UII itu, ada perubahan drastis di sektor rekreasi, hiburan dan gaya hidup, baik bagi mahasiswa pendatang maupun asli DIY. "Tahun 2016, mahasiswa pendatang hanya memerlukan Rp 150.000 dan mahasiswa asli DIY Rp 135.000. Namun di tahun 2020, kebutuhan yang sama mencapai Rp 708.785 untuk mahasiswa pendatang dan mahasiswa asli justru lebih tinggi, yakni Rp 725.095," jelasnya.
Realita ini menurutnya menarik untuk dikaji lebih dalam. Fakta inilah yang disebut Fathul Wahid, akan sangat terasa bila wabah Covid-19 tidak segera berlalu. Potensi berkurangnya uang edar di DIY yang mencapai Rp 27 miliar perhari atau Rp 833,9 miliar perbulan tidak sedikit. "Karena DIY bisa dikatakan kehilangan potensi bahan bakar penggerak ekonomi lokal yang melibatkan orang banyak," tandasnya. (Fsy)