YOGYA, KRJOGJA.com - Mayoritas (80-90 persen) penderita Covid-19 merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG). Dari pengalaman, mereka OTG ini justru jauh lebih berbahaya dibanding mereka yang terkonfirmasi positif dengan gejala.
"Mereka yang OTG itu banyak, maka kita harus memprediksi dan melakukan proteksi pada kelompok-kelompok tersebut. Kita tidak tahu kondisi orang tersebut karena itu kontak tracing tetap kita lakukan," tandas Juru Bicara (Jubir) Pemda DIY Penanganan Virus Korona Berty Murtiningsih di Komplek Kepatihan, Rabu (22/7).
Kondisi ini seperti fenomena gunung es sehingga diprioritasikan pemeriksaan dan tracing bagi masyarakat yang beresiko tinggi supaya bisa memutus mata rantai penularan dan OTG ini agar tidak menularkan Covid-19.
Berty menyampaikan peningkatan pemeriksaan maupun tracing ini akan menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan naiknya jumlah kasus positif virus Korona. Pemeriksaan akan diintensifkan di seluruh kabupaten/kota se-DIY dengan begitu jangkauan tracing akan semakin luas.
"Kita maksimalkan 'in depth interview' kepada orang yang masuk dalam kontrak tracing dan orang yang memang berpotensi. Jadi resikonya jumlah suspect meningkat. Kita pun sudah siapkan sisi penanganan dan logistiknya," tutur Berty.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DIY tersebut mengungkapkan orang yang masuk dalam tracing kemudian tidak ada gejala atau OTG, tetap akan menjalani tes swab. Apabila dinyatakan positif, meskipun dinyatakan OTG, namun orang tersebut diharuskan tetap berada di rumah sakit rujukan dan menjalani perawatan hingga dinyatakan negatif sebanyak dua kali.
"Total sudah sebanyak 22.300 sampel dari 18.011 orang dengan positif rate 1.95 persen selama dua minggu terakhir," imbuh Berty. (Ira/Ria)