Tatanan Pendidikan Baru, Blended Learning dan Kurikulum Ketahanan Diri

Photo Author
- Jumat, 29 Mei 2020 | 11:54 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Konsep pendidikan nasional perlu dipersiapkan matang sejak dini sebelum pemerintah memberlakukan kenormalan baru (new normal). Menurut pengamat pendidikan Muhammad Nur Rizal, konsep 'Kurikulum Ketahanan Diri' yang terdiri atas ketahanan fisik, mental dan sosial perlu disiapkan konsep dasar serta pelaksanaannya. Ini sangat penting karena anak-anak perlu beradaptasi hidup di suasana yang berbeda dari sebelumnya, karena pandemi Covid-19 belum berakhir.

Dijelaskan Nur Rizal, kurikulum ketahanan diri bukan berorientasi pada penguasaan materi saja, melainkan lebih berorientasi membangun ekologi sosial yang mengkoneksikan ilmu pengetahuan, kebutuhan keluarga dan persoalan di kehidupan nyata. Bahkan untuk tingkat SMA hingga perguruan tinggi lebih berbasis riset-riset dasar untuk membantu melawan wabah korona ini.

"Pendidikan dengan tatanan baru adalah blended learning, yakni mengintegrasikan pembelajaran tatap muka, online serta praktik problem solving. Tentu prosesnya dilakukan secara bertahap," terang pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini kepada KRJOGJA.com, Jumat (29/5/2020).

Menurut Nur Rizal, tahun ajaran baru Juli 2020 tidak perlu ditunda. Di periode Juli-Desember 2020, pembelajaran tatap muka tidak perlu dilakukan. Selain untuk mencegah penularan Covid-19, masyarakat masih berproses menuju kehidupan persekolahan dengan tatanan baru. Sementara pemerintah perlu menyiapkan konsep dan pelaksanaan new normal education ke blended learning yang mungkin akan dimulai di awal 2021.

"Bisa saja di tahun depan (2021), proses tatap muka dilaksanakan 50-60 persen dan online learning 40-50 persen. Materinya lebih ke arah penumbuhan life skills, pola pikir menjadi pembelajar mandiri dan adaptif dengan perubahan baru, berpikir kritis, dan analitis hingga ketrampilan sosial emosional seperti komunikasi, kreatif dan kolaboratif," tambahnya.

Rizal juga mengatakan pandemi ini justru dapat dijadikan titik balik pemerintah melakukan transisi menuju tatanan pendidikan baru ke depan. Dijelaskannya, tatanan pendidikan baru ke depan yakni mengubah orientasi kebijakan politik dan anggaran pendidikan dengan membangun infrastuktur akses internet secara merata ke semua sekolah dan daerah.

Terkait kurikulum, perlu diubah menjadi metode delivery dan assessment yang lebih mengukur kemampuan swabelajar siswa atau belajar mandiri. Dengan begitu siswa dapat fleksibel meracik mata pelajaran sendiri, memilih metode belajar yang disenangi, berorientasi pada pendidikan life skills dan pola pikir menjadi life long learner.

Rizal juga menyarankan gagasan perombakan stuktur kelas yakni 3 hari on campus/class dan 3 hari off-campus/class serta revitalisasi profesionalisme guru dengan menghentikan pola pelatihan lama yang boros anggaran namun miskin kualtas. Diganti dengan memanfaatkan online platform untuk training, pendampingan guru dan membuat wadah bertukar praktik belajar secara kolaboratif.

"Saya pun berharap para pengajar dan pelajar selalu adaptif dan terbuka dengan kebaruan, selalu ingin belajar hal baru baik pengetahuan dan skill baru di masa Work From Home dan School From Home agar kita tetap waras dan produktif," pungkasnya. (Dev)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X