Era Normal Pasca Covid-19 Desa Wisata, Inilah Yang Harus Dilakukan

Photo Author
- Kamis, 21 Mei 2020 | 13:09 WIB
Atraksi di salah satu desa wisata (Octo Lampito)
Atraksi di salah satu desa wisata (Octo Lampito)

YOGYA, KRJOGJA.com - Industri pariwisata tanah air mengalami kelumpuhan akibat pandemi covid-19. Dan kapan berakhir, belum ada kepastian. Pertanyaannya? Harus bagaimana desa wisata, Akankah dibiarkan mati perlahan-lahan.

“Kita harus siap menuju era normal baru. Musti disiapkan sejak saat ini.” Kata Dr Desta, pengamat desa wisata dari Pusat Studi Pariwisata UGM, dalam virtual conference Forum Komunikasi Desa/Kampung Wisata (Deswita), Kamis (21/5) kemarin.

Dalam acara tersebut, para pelaku dan pengamat wisata sepakat sudah saatnya desa wisata menyiapkan era normal. “Sambil menunggu kapan vaksin Covid-19 ditemukan, harus disiapkan .” kata Tri Harjono, ketua Forum Komunikasi Desa Wisata DIY.

Wardoyo, Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas SDM Kelembagaan Dinpar DIY menegaskan, sesuai arahan Gubernur DIY bahwa pariwisata diharapkan mulai dapat dibuka bulan Juni. Untuk itu, pihaknya sampai saat ini masih merumuskan adanya protokol kesehatan. Dengan adanya panduan atau SOP ini diharapkan dapat diterapkan bagi segenap subsektor industri pariwisata Yogyakarta, termasuk bagi desa/kampung wisata, homestay, dan pramuwisata (guide). Prosedur standar ini diharapkan mampu memberikan kejelasan apa yang boleh dijalankan, apa yang harus dihindari memasuki era baru pariwisata ini.

Menyikapi wacana dibukanya pariwisata DIY pasca pandemi ini, Bobby Ardyanto Setyo Ajie, ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, menegaskan pada new normal, salah satunya aspek penting adalah kebersihan. Menurutnya, wisatawan saat ini membutuhkan kepastian terkait protokoler kesehatan yang diterbitkan pemerintah. Hal ini penting mengingat protokoler kesehatan untuk public service, termasuk sektor pariwisata perlu dibuat pemerintah bukan oleh industri. Di era new normal, mau tidak mau healthy, hygiene, dan safety menjadi hal penting dan sangat mendasar dipersiapkan. Dulu disetiap kita membahas Sapta Pesona sudah sering dibicarakan namun implementasinya sampai sekarang masih belum standar.

Pasar wisata saat ini memerlukan sertifikat terkait dengan tiga hal tersebut. Oleh sebab itu, sangat penting bagaimana pemerintah mampu menghasilkan standart service termasuk juga dibidang protokol kesehatan di destinasi pariwisata. Ditambahkan Bobby, mulai saat ini pengelola desa wisata perlu untuk menyiapkan contegency plan, dan perlu untuk selalu melakukan simulasi sesuai standar.

Bagi Tri Harjono, Ketua Forkom Deswita DIY, pelaku wisata mungkin hanya bisa bertahan dua sampai tiga bulan ke depan Maka mau tidak mau harus berdamai dengan covid. Dan pengelola wisata di desa/kampung wisata harus mampu menjalankan protokol kesehatan ini. Kita perlu segera janjut tali wondo, untuk menyiapkan protokol kesehatan dan perlu untuk pemberian pembelajaran bagi masyarakat di destinasi. Termasuk mendorong kembali perilaku hidup bersih untuk dibudayakan serta dilengkapi dengan sarana penunjang kebersihan, termasuk adanya alat pendeteksi suhu tubuh bahkan kalau perlu pada masing-masing destinasi perlu menyiapkan adaya ruang karatina untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Ke depan, menurut Tri Harjono, desa wisata mulai menggunakan uang elektronik saat melakukan transaksi untuk mengurangi penggunaan uang cash (cashless) secara langsung. (loc)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X