RHI-GHA Siap Diluncurkan, Begini Keunggulan Rapid Test Buatan Sendiri

Photo Author
- Jumat, 15 Mei 2020 | 11:07 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Peneliti Indonesia berhasil membuat sendiri alat uji cepat atau rapid diagnostic test (RDT) kit berbasis antibodi untuk mendeteksi antibodi (yaitu IgM dan IgG) yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Korona (Covid-19). Alat rapid test buatan anak bangsa ini diberi nama RI-GHA dan direncakan akan segera diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 20 Mei mendatang.

Koordinator penelitian rapid test, Prof dr Sofia Mubarika Harjana MMedSc PhD dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mengatakan, inisiatif penelitian datang dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang mengajak para peneliti dari berbagai institusi untuk melakukan penelitian dalam rangka mendukung upaya penanganan wabah Covid-19. Banyak bidang yang diteliti, salah satunya pembuatan rapid test.

"Karena saya sebelumya pernah terlibat dalam pengembangan rapid test untuk virus yang lain maka saya memilih untuk meneliti rapid test untuk Covid-19 ini bersama penelitipeneliti lain seperti Prof Dr dr Mulyanto dari Laboratorium Hepatika Mataram, Prof Dr drh Fedik Abdul Rantam dan Prof Dr dr Cita Rosita Sigit Prakoeswa SpKK(K) dari Universitas Arilangga (Unair) Surabaya serta Prof dr Tri Wibawa SpMK(K) PhD dari UGM," terang Prof Rika kepada KR, Kamis (14/5).

Menurut Prof Rika, nama RI-GHA adalah singkatan dari Republik Indonesia, Gadjah Mada, Hepatika dan Airlangga. Keunggulan rapid test RIGHA ini praktis, mudah dilakukan tanpa alat, tidak perlu tenaga ahli, spesifik, cepat, murah dan dapat dilakukan di mana saja. Selain itu rapid test RI-GHA ini bisa untuk memonitor OTG, ODP,

PDP dan Post Infeksi.

"Saat ini yang diperlukan adalah rapid test yang dilakukan secara masif untuk mendeteksi orang yang terinfeksi Covid-19. Dengan adanya alat rapid test buatan sendiri, maka kita (bangsa Indonesia) tidak perlu lagi beli dari luar yang harganya mahal dan bisa langsung didistribusikan ke berbagai daerah,” ujarnya.

Dijelaskan Prof Rika, tugas utama laboratorium Hepatika memproduksi rapid test dengan target awal produksi terbatas 10.000 tes, selanjutnya skala lebih besar. Sedangkan UGM dan Unair bertugas melakukan uji validasi agar mendapatkan nilai akurasi berdasarkan nilai sensitivitas dan spesifisitas. ”Setelah disandingkan rapid test komersiil terbaik buatan China, diketahui skala laboratorium rapid test RI-GHA sensivitasnya sudah lebih 98 persen dan spesifisitasnya untuk IgG sudah 100 persen,” katanya.

Setelah uji laboratorium menunjukkan hasil yang bagus, kata Prof Rika, maka untuk bisa dipakai oleh masyarakat secara luas, terlebih dahulu perlu dilakukan uji validasi di lapangan, untuk memastikan rapid test berfungsi seperti yang diharapkan. Uji validasi lapangan di Surabaya dilakukan di RSUD Dr Soetomo, di Yogyakarta diujikan di RSUP Dr Sardjito, RSA UGM dan RSUD Kota Yogyakarta. (Dev)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X