YOGYA, KRJOGJA.com - Penularan lokal virus Corona Covid-19 di DIY sudah mulai terjadi meski jumlahnya belum banyak. Namun begitu, peneliti dari UGM memprediksi periodesasi penyakit ini akan berlangsung lama sehingga masyarakat harus mulai beradaptasi dengan situasi.
Tim perencanaan data dan analisis gugus penanganan Covid-19 DIY, dr Riris Andono Ahmad mengatakan penularan yang terjadi khususnya di DIY ternyata tak secepat yang diperkirakan. Riris berasumsi, pola interaksi masyarakat mempengaruhi penyebaran virus.
“Kami berasumsi pola interaksi mempengaruhi kecepatan (penyebaran virus) tersebut. Kalau kita lihat penyakit ini datang pertama pada kelas sosial ekonomi menengah ke atas yang lebih banyak traveling dan sebagainya. Bahwa pola interaksi mereka relatif terbatas pada jejaringnya sesama menengah ke atas sehingga tak mudah menyebar ke masyarakat lainnya,†ungkap dr Doni, sapaan akrab Riris Andono pada wartawan.
Sebulan lebih sejak ditemukannya kasus positif pertama di DIY, dari 71 kasus yang berhasil ditracing, 51 diantaranya mendapatkan penularan dari luar DIY. Sementara 51 tersebut menularkan pada 12 orang yang disebut generasi 2.
Tercatat pula adanya 3 penularan pada generasi 3 yang teridentifikasi. Sementara ada 5 kasus yang penularannya belum jelas sampai saat ini berasal dari mana lantaran tak ada kontak dengan kasus positif sebelumnya.
Meski begitu dr Riris melihat adanya peluang perluasan infeksi yang terjadi di wilayah DIY. Maka harus segera dilakukan pengurangan risiko dengan memperluas screening PCR dan memisahkan Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
“ODP dan PDP kita bisa lepas dari populasi kemudian dikarantina dan ini akan bisa mengurangi resiko transmisi. Karena yang sudah kontak dengan penderita terkonfirmasi akan mudah untuk tertular dan kita melihat tak ada gejala pada penderita Covid ini. Saya rasa juga perlu dilakukan sekarang sama seperti Korea melakukan screening lebih luas, tahu mana yang positif dan mengisolasi maka penularan bisa dihentikan. Dengan keterbatasan diagnosis yang kita punya maka tak punya gambaran tapi kalau benar maka ada waktu periode untuk siap itu,†sambung dia.
Melihat situasi saat ini pula, dr Doni menyampaikan kesepahaman dengan hasil studi Harvard University bawasanya sosial distancing bisa terjadi hingga 2022 mendatang, jika vaksin atas virus belum ditemukan. dr Doni pun mengatakan bawasanya mau tidak mau masyarakat harus beradaptasi dengan penyakit ini untuk beberapa waktu kedepan.
“Dengan kondisi seperti sekarang ini, dari waktu ke waktu (virus) akan bisa menjadi muncul kembali. Ilmuan Harvard mengatakan sosial distancing bisa sampai 2022 kecuali bisa dapatkan vaksin untuk populasi sekarang ini. Ini yang perlu diinternalisasi, beradaptasi dengan penyakit ini hingga beberapa waktu kedepan. Virus ini bukan seperti outbreak antrax dan demam berdarah tapi bisa dalam waktu lama,†tandas dia. (Fxh)