Bapas Pantau Napi Asimilasi secara ‘Online’

Photo Author
- Sabtu, 18 April 2020 | 19:38 WIB
PK Bapas Yogya saat vidoe call dengan salah satu klien atau napi yang mendapat asimilasi.
PK Bapas Yogya saat vidoe call dengan salah satu klien atau napi yang mendapat asimilasi.

YOGYA, KRJOGJA.com - Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Yogyakarta memantau setiap hari narapidana (napi) atau klien yang mendapat asimilasi secara ‘online’. Hal itu untuk mencegah napi yang dirumahkan tidak berbuat kriminal kembali. Jika terbukti berbuat kriminal, sanksi berat akan diberlakukan dan ditempatkan di sel khusus.

Kepala Bapas Yogya Mohammad Ali Syeh Banna BcIP SSos Msi menjelaskan, napi yang mendapat asimilasi karena virus korona ini harus berada di rumah. Untuk memastikan itu, Bapas Yogya setiap harinya akan dipantau oleh Pembimbing Kemasyarakatan (PK).

“Pemantauan itu dilakukan secara ‘online’ yaitu video call atau telpon. Selain itu PK juga akan kroscek ke pengurus RT/RW untuk memastikan bahwa, napi berada di rumah,” kata Ali, Sabtu (18/04/2020).

Tujuan pemantauan ini supaya napi tidak mengulangi berbuat kriminal kembali. Selain itu juga untuk mengurangi keresahan masyarakat terkait napi yang di rumahkan karena virus korona.

“Memang ada kekhawatiran masyarakat terhadap napi yang dirumahkan ini akan berbuat kriminal lagi. Dengan pemantauan ini, diharapkan bisa menghilangkan stigma masyarakat terhadap napi yang mendapat asimilasi,” terangnya.

Jika nanti ada napi yang dirumahkan terbukti berbuat kriminal kembali, akan diberikan sanksi berat. Kemudian asimilasi akan dicabut dan menjalani sisa masa pidana serta ditambah dengan hukuman yang atas perbuatannya. “Nanti juga akan ditempatkan sel khusus atau ekstra sel,” tegasnya.

PK Muda Bapas Yogya Jarot Wahyu Winasis menambahkan, dalam pemantauan itu dilakukan secara ‘online’ yaitu video call atau telpon. Kemudian napi harus didampingi keluarga atau pengurus RT/RW untuk memastikan berada di rumah.

“Untuk waktunya tidak menentu. Kemudian saat kami hubungi, napi harus didampingi keluarga untuk membuktikan berada di rumah. Terkadang kami juga hubungi pengurus RT setempat,” ujarnya.

Sedangkan salah satu napi yang menerima asimilasi Abdul Muntolib mengaku bersyukur mendapat asimilasi dan bisa kembali ke rumah. Apalagi untuk mendapat asimilasi ini, dirinya tidak dipungut biaya.

“Saya sangat berterima kasih mendapat asimilasi. Saya berjanji tidak akan mengulangi lagi,” kata Abdul Muntolib. (Sni)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X