YOGYA, KRJOGJA.com - Pelaku usaha kecil dan mikro (UKM) di Kota Yogya ikut terdampak. Mereka pun harus memutar otak untuk alih profesi di masa sulit karena produksinya terhenti akibat penyebaran virus Korona saat ini.
Kepala Bidang UKM Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogya Rihari Wulandari, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, UKM yang terdampak secara tidak langsung ialah yang bergerak di sektor pariwisata seperti fesyen, oleholeh atau kerajinan.
"Banyak yang akhirnya alih profesi dengan memanfaatkan ruangan yang ada untuk memproduksi jenis lain," jelasnya.
Jenis profesi yang kini ditekuni pelaku UKM cukup bervariasi. Namun sebagian besar di sektor kuliner karena cukup dibutuhkan oleh masyarakat. Apalagi ada tradisi ruwahan menjelang puasa yang membutuhkan jenis makanan tertentu.
Selain snack maupun makanan berat, tidak sedikit pula perajin yang kini berjualan empon-empon instan serta wedang uwuh karena sedang banyak dicari. Kendati demikian, ada pula perajin yang akhirnya menjual mesin produksinya kemudian tetap beralih usaha lain.
"Kami saat ini memotivasi mereka agar bisa inovatif. Misal yang dulu bergerak di fesyen, kini bisa memproduksi alat pelindung diri seperti masker dan lainnya. Kami juga memiliki grup aplikasi WhatsApp (WA) yang bisa menjadi media pemasaran produknya," imbuh Wulan.
Sementara Ketua Koperasi Sumekar, Sumiyati, mengaku banyak anggotanya yang sudah beralih profesi. Dari 42 produsen bakpia, hampir semuanya sudah berhenti aktivitas sejak pertengahan Maret. Dirinya pun tidak berani memproduksi jika tidak ada pesanan dari pembeli.
"Sebenarnya ada yang sempat berjualan secara online namun ternyata tetap tidak ada order. Jadi kami hanya bisa menunggu saja," akunya.
Pada hari biasa, rata-rata produsen bakpia di kawasan Patuk tersebut mampu menjual hingga 10 kilogram. Akan tetapi, saat ini dirinya dalam sepekan belum tentu mendapat pesanan hingga lima kilogram. Oleh karena itu, banyak anggotanya yang kini beralih berjualan makanan, masker, empon-empon serta hanya menunggu adanya pesanan.
Menurut Sumiyati, dirinya berprofesi sebagai produsen bakpia sejak tahun 1990-an namun baru kali ini kondisinya berubah drastis. Meski pada tahun 2006 sempat terjadi juga bencana yakni gempa bumi, akan tetapi produksi bakpia masih tetap berjalan karena banyaknya sanak famili yang berkunjung dan pulang membawa oleh-oleh. (Dhi)