YOGYA, KRJOGJA.com - Di tengah masa tidak pasti Virus Covid-19 saat ini, masyarakat Jawa punya cara tersendiri untuk memegang kepercayaan berpikir positif. Salah satunya seperti yang ramai tersebar melalui jejaring aplikasi pesan sejak Sabtu (28/3/2020), tentang Ki Lurah Semar muncul dalam gumpalan kolom awan erupsi Gunung Merapi Jumat (27/3/2020) kemarin.
Banyak yang mempercayai munculnya sosok Ki Lurah Semar di awan erupsi Merapi merupakan pertanda hal baik akan datang. Dr Purwadi M Hum, Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara yang juga dosen pengajar di UNY pun mengamini hal tersebut.
Menurut Purwadi, Merapi punya peran tersendiri untuk kehidupan manusia. Lahar dan lava menurut dia menjadi beberapa contoh bagaimana Merapi memberikan kehidupan.
“Gunung Merapi adalah kembaran Gunung Merbabu. Ibaratnya Merapi laki-laki, Merbabu wanita. Setiap empat tahun sekali, Merapi memberi hadiah untuk umat manusia. Berwujud lahar lava yang memberi keberkahan bagi mahluk hidup. Ini ditulis dalam Kitab Pustaka Raja oleh Pujangga Keraton Surakarta Hadiningrat yang bernama Raden Ngabehi Ranggawarsita yang ngerti sakdurunge winarah, mengetahui sebelum hal itu terjadi,†ungkapnya pada KRjogja.com.
Merapi dikatakan Purwadi berada dalam kekuasaan Syekh Jumadil Kubro, yang dikenal dengan nama Mbah Petruk . Maka menurut dia sangat beralasan ketika munculnya sosok Ki Lurah Semar dalam erupsi Merapi dinilai sebagai pertanda baik bagi masyarakat Jawa yang dekat dengan alam.
“Dikabarkan pada tanggal 27 Maret 2020 Merapi mengeluarkan letusan. Dari awan letusannya terlihat Lurah Semar, ini pertanda kondisi akan membaik karena Lurah Semar dikenal sebagai pamomong sejati. Orang-orang di Yogyakarta akan menemukan kebahagiaan mereka, hidup menjadi lebih tertata. Masyarakat cukup sandang dan pangannya. Sudah saatnya berbahagia tanpa ada halangan,†sambung Purwadi.
Masa bahagia atau hilangnya pageblug ini menurut Purwadi termasuk virus Corona yang begitu membuat masyarakat merasa was-was. Semar yang memang dipercaya sebagai satria utama datang untuk menyelesaikan persoalan.
“Corona itu bagian dari sengkala. Dengan lakon Semar, semua sengkala akan menyingkir. Semar lebih berwibawa daripada batara kala. Dalang kandha Buwana sebagai penjelmaan Wisnu pun hormat pada Kyai Semar atau Sang Hyang Ismaya. Dia datang untuk menyelesaikan persoalan, problem solving. Saat byar, ternyata jagad mulai terang. Meh rahina semu bang Hyang Haruna. Bekal ajaran Kyai Semar mengantarkan dunia menjadi aman damai,†pungkasnya. (Fxh)