SLEMAN, KRJOGJA.com -Â Perhelatan akbar pertemuan dua tahunan bertajuk Simposium Wastra ASEAN ke-7 atau 7th ASEAN Traditional Textile Symposium (ATTS) sukses digelar di Yogyakarta, 4-8 November 2019. Simposium bertema Merangkul Perubahan, Menghormati Tradisi, menampilkan 27 pembicara dan diikuti peserta dari 10 negara anggota ASEAN dan pakar tekstil lebih dari 8 negara di seluruh dunia.
Dalam simposium ini, DIY dikukuhkan melalui Deklarasi Yogyakarta sebagai Portal Wastra Indonesia. Deklarasi ditandatangani selutuh peserta yang hadir dalam ATTS 2019. Deklarasi menegaskan agar menghormati kontribusi berharga dari Kraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman sebagai pemelihara tradisi dan budaya Jawa. Selanjutnya mengakui DIY sebagai penyelenggara dan promotor 7th ATTS 2019.
Presiden Traditional Textiles Arts Society of South East Asia (TTASSEA) atau Masyarakat Wastra Asia Tenggara, GKBRAA Paku Alam mengatakan delegasi ASEAN sepakat untuk membuat deklarasi dalam ajang pertemuan pencinta Wastra seASEAN. “Para delegasi ASEAN yang hadir sepakat mengukuhkan dan mengenai pentingnya Yogyakarta sebagai portal tekstil tradisional Indonesia,†jelasnya. Menurutnya, Yogyakarta juga merupakan kota tradisi dan budaya dalam hal ekologi, arkeologi, sejarah dan budaya material seperti batik, tenun, lurik atau kain bergaris dan jumputan.
“Yogyakarta dinyatakan sebagai Kota Batik Dunia oleh World Craft Council pada 2014 lalu,†tandas GKBRAA Paku Alam di sela Closing Ceremony of the 7th ATTS 2019 di Ballroom Kasultanan Royal Ambarrukmo Hotel, Kamis (7/11) malam. Di tengah wajah modernitas, Yogyakarta dinilai mampu mempertahankan tradisi dan terus berinovasi sesuai dengan tuntutan pasar. Yogyakarta juga dinilai mampu bekerja sama di masa depan dengan negara-negara potensial lainnya di ASEAN dan di dunia untuk melestarikan dan mengembangkan berbagai tekstil tradisional untuk melindungi warisan ASEAN secara konkret. (Ira)