YOGYA, KRJOGJA.com - Pergeseran nilai budaya sudah tidak terelakkan lagi dalam era global-milenial. Dalam realitas seperti ini menjadi tantangan tersendiri bagaimana ajaran nilai luhur warisan terus diaktualisasikan. Nilai budaya luhur tetap menjadi sumber kearifan lokal-global. Setidaknya menjadi referensi, sumber nilai-nilai kehidupan bertoleransi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Demikian diingatkan Dra Y Eni Lestari Ranayu, selaku Kabid Pemeliharaan dan Pengembangan Adat Tradisi Lembaga Budaya dan Seni, Dinas Kebudayaan DIY mewakili Aris Eko Nugroho SP MSi (Kepala Dinas Kebudayaan DIY) saat membuka Dialog dan Paparan Ajaran Nilai Budaya Spiritual DIY di Burza Hotel Yogya, Jalan Jogokariyan, Selasa (06/08/2019).Â
Dialog bertema 'Nilai Budaya Spiritual sebagai Wahana Mempererat Jati Diri dan Karakter Bangsa' berlangsung hingga Rabu (7/8). Dialog diawali laporan Noor Sulistyo Budi SH selaku Ketua Pokja, pengantar dan pengarahan dialog oleh Dra Dwi Ratna Nurhajarini MHum (Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya DIY).
Dialog menghadirkan narasumber Drs Damami MAg, Ir H Sri Yuwono Suwito MM, Indra Tranggono, Dr Samsul Maarif, Heri Sujoko SE MT, Suprapti, Bambang Permadi SKom, Made Ayu W. Dialog diikuti 150 orang dari berbagai kota/kabupaten di DIY.
Menurut Eni Lestari, ajaran nilai budaya spiritual dalam situasi apapun tetap menjadi referensi, rujukan.Â
"Apalagi bagi DIY dengan berbagai julukan, salah satunya City of Tolerance, kota toleransi," ucapnya. Artinya, nilai luhur budaya dan spiritual tetap menjadi referensi.(Rdi)