YOGYA, KRJOGJA.com - Pemkot Yogyakarta mendukung gagasan program Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Yogyakarta yang akan menggiatkan gerakan belajar di Yogya tinggal di pondok. Salah satunya dengan mewujudkan iklim indekos atau pondokan yang kondusif dengan fokus mengawal Perda 1/2017 tentang Penyelenggaraan Pondokan.
â€Bahasa perda itu juga bukan kos melainkan pondokan. Jadi semangatnya pendirian tempat tinggal sementara atau pondokan itu tidak sebatas ekonominya yang dikejar melainkan juga suasananya,†kata Walikota Yogya Haryadi Suyuti.
Haryadi mengaku, penyelenggaraan pondokan bukan semata tanggung jawab pemiliknya melainkan juga lingkungan sekitar. Bagi pondokan yang berada di lingkungan muslim, dianjurkan menyediakan fasilitas ibadah. Hal ini sebagai wujud menghidupkan suasana islami.
â€Penghuni pondokan juga harus bisa membaur dengan masyarakat di lingkungannya. Warga juga punya tanggung jawab agar bisa mengajak bermasyarakat,†tandasnya.
Selain itu, aturan teknis yang mengikat berikut konsekuensinya juga dijabarkan. Sementara Kepala Kantor Kemenag Kota Yogya Sigit Warsita, menjelaskan gagasan belajar di Yogya tinggal di pondok dilatarbelakangi banyaknya pelajar dan mahasiswa luar daerah yang menimba ilmu di Kota Yogya. Sebagian besar orangtua semakin khawatir terkait pergaulan anaknya yang jauh dari rumah.
Oleh karena itu, pondok dinilai menjadi tempat strategis dalam membentengi penghuninya dari pergaulan bebas. â€Pondok ini bisa berarti pondok pesantren yang reguler atau menjadikan indekos layaknya pondok, atau justru lembaga pendidikan negeri bisa menyediakan asrama bagi siswanya. Dalam diskusi Ngopi di MAN 1 Yogyakarta kali ini kami menggali masukan dari berbagai pihak. Masukan itu akan kami rumuskan sebagai tindak lanjut,†jelas Sigit. (Dhi)
