YOGYA, KRJOGJA.com - Kemajuan teknologi informasi (digital) bagai dua sisi mata uang yaitu memberi kebaikan dan kemudahan dalam kehidupan, tapi disisi lain menjadikan seseorang menjadi individualistis sehingga lupa akan jati diri bangsanya.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI GKR Hemas mengatakan, dampak buruk teknologi informasi sudah sangat terasa di tengah-tengah masyarakat. Salah satu contoh sederhananya, komunikasi antaranggota keluarga menjadi berkurang, lantaran masing-masing sibuk dengan gandetnya.
Baca Juga:Â Agama dan Nasionalisme Adalah PancasilaÂ
"Kondisi ini tentu mengurangi rasa tenggah rasa, kekeluargaan dan kasih sayang. Sehingga tak heran jika muncul kekerasan dalam rumah tangga," terang GKR Hemas dalam Sosialisasi Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI di Aula Kantor Sekretariat Jenderal DPD RI DIY, Jalan Kusumanegara 133 Yogyakarta, beberapa waktu lalu.Â
Untuk mencegah dampak buruk tersebut, menurut Hemas sudah saatnya masyarakat Indonesia harus kembali kepada kepribadian dan jati diri bangsa yaitu Pancasila. Dengan membumikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, maka budaya gotong-royong, saling hormat-menghormati akan kembali hidup dan menjadi modal pembangunan. "Implementasi nilai-nilai Pencasila harus dihidupkan untuk mencegah dampak buruk era disrupsi ini," katay Hemas.
Baca Juga:Â Lomba Vlog Ramaikan Gelaran Bulan Pancasila
Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Dr Hamdan Daulay MA mengatakan, contoh lain keburukan dari dari kemajuan teknologi informasi adalah banyaknya ujaran kebencian lewat media sosial (medsos). Jika ini tidak dicegah, bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh sebab itu setiap ucapan dan tindakan harus dalam konteks memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. "Para pemimpin juga perlu memberi contoh untuk para generasi muda, lewat tindakan nyata," katanya. (Dev)