YOGYA, KRJOGJA.com - Syawalan bukan hanya sekedar momen saling maaf memaafkan. Lebih dari itu, Syawalan menjadi sarana merekatkan persaudaraan di antara satu dengan yang lain.Â
"Lebih penting lagi menjalin silaturahmi. Dengan demikian jalinan silaturahmi dan persaudaraan akan makin erat, khususnya dalam syawalan trah yang sebetulnya masih saudara dalam satu garis keturunan," tegas Ketua Paguyuban Sapta Wandawa yang merupakan anak keturunan NgDSDISKS Hamengku BUwono VII, Ir RM Condroyono MSP dalam 'Sawalan Paguyuban Sapta Wandawa' di Gedung Wana Bhakti Yasa Jalan Kenari Yogyakarta, Minggu (24/6).
Momentum syawalan hendaknya juga dijadikan ajang untuk mengenal anggota keluarga. Jangan justru kegiatan tersebut untuk mencerai-beraikan hanya karena alasan perbedaan strata sosial dan lainnya.Â
"Mari persaudaraan makin dieratkan. Mewujudkan tekad menjaga persaudaraan berdasar tanggungjawab bersama," imbuh Ketua panitia kegiatan, R Bambang Setyono.
Sementara dalam tausiahnya, Ustadz H Asrori menegaskan seluruh keturunan HB VII khususnya generasi muda haruslah menempatkan leluhurnya tersebut sebagai suri tauladan. Sebab banyak literatur yang mengatakan bahwa HB VII sebenarnya memiliki kesalehan individu dan sosial.
"Dalam Islam, Sinuwun HB VII sudah memenuhi konsep Panjang yuswa banyak amal. Bagaimana beliau mendirikan 17 pabrik gula untuk kesejahteraan rakyat yang diambil dari bilangan jumlah rakaat salat fardu. Belum lagi beliau juga sangat memperhatikan keluarganya dengan menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri. Termasuk memfasilitasi berdirinya Persyarikatan Muhamamdiyah pada 1912 yang masih dalam masa kepemerintahan HB VII," ungkapnya.(Feb)