YOGYA, KRJOGJA.com - Dinas Kebudayaan DIY mengapresiasi penghargaan Film pendek ‘The Unseen Words’ dan ‘Ruah’ yang meraih Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2017. Penghargaan itu diberikan pada Sabtu, (11/11/2017) di Grand Kawanua International City, Manado yang turut menambahkan daftar prestasi perfilman Yogya. Dua piala citra ini diharapkan mampu meningkatkan semangat berkreatif melalui dunia film.
“Saya bersyukur mendapat penghargaan dan berharap menjadi pelecut para film maker lain untuk membuat hal-hal baru. Penghargaan ini dapat membawa penyemangat untuk saling berprestasi lalu berkembang menjadi inspirasi,†Kata Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) DIY, Umar Priyono di ruang rapat dinas setempat, Selasa (21/11/2017).
Umar Priyono mengatakan pendanaan produksi film menggunakan dana publik dari Dana Keistimewaan (Danais) melalui progam tahunan. Tujuanya untuk melahirkan karya film berkualitas yang menumbuhkan karakter film dengan kultural keyogyakartaan.
Mengangkat sebuah kisah Komunitas Ketoprak Difabel Netra Distra Budaya membuat Wahyu Utami, sutradara film ‘The Unseen Word’ itu berada diluar ekspektasi. Bermula melihat pertunjukan ketoprak asuhan Yayasan Mardi Wuto di Plaza Ngasem Yogya 2014 lalu berhasil terhibur dengan kelucuan pementasan para pemain.
“Ada satu hal yang membuat saya tertarik. Jadi mereka menggunakan segala keterbasannya itu sebagai lelucon. Waktu itu ada adegan, salah satu tokoh disuruh melihat batik. Dialognya gini, ‘lha mana batiknya enggak kelihatan kok’, ‘lha kamu ya gak bisa melihat kok’. Jadi dia sudah berada dititik untuk menertawakan realitasnya,†ungkap Wahyu Utami.
Keberanian mengangkat film ini setelah, Wahyu bergabung di yayasan itu dan dimintai teman-teman untuk membuatkan film. “Awalnya tidak kepikiran untuk bikin film. Tapi cuma pingin gabung di yayasan saja dan mereka tahu kalau saya kuliah di ISI. Terus bilang, mbak tolong dibuatin film,“ tambahnya.
Lain cerita dengan film ‘Ruah’ yang disutradarai oleh Makbul Mubarok. “Ruah itu artinya melimpah, sebenarnya dari metafora yang berasal dari kesialan-kesialan yang datang menimpa si tokoh utama dan tidak akan habis,†kata Bayu produser film yang akan mengikuti kompetisi Singapore International Film Festival (SGIFF), 23 November - 3 Desember 2017. (Gumido)