YOGYA, KRJOGJA.com - Kesenjangan antara warga kaya dan warga miskin di DIY yang cukup tinggi yang ditunjukkan dengan angka Rasio Gini sebesar 0.432 dan tertinggi di lndonesia harus diturunkan dengan konsep by design. Konsep
perencanaan tersebut dengan penguatan lapisan atau sektor-sektor bawah semisal usaha kecil, petani dan sebagainya.
Selain itu, perlu adanya stimulus dari pemerintah bagi lapisan - lapisan bawah agar bergerak naik. Hal ini disampaikan Pakar Ekonomi dari UII Yogyakarta Prof Edy Suandi Hamid MEc kepada KRJOGJA.com di Kompleks
Kepatihan, Sabtu (5/8).
Menurutnya, kesenjangan di perkotaan lebih tinggi sebesar 0,435 dibanding kesenjangan di perdesaan 0,340. Sementara indeks kedalaman kemiskinan di perdesaan sebesar 2,29 juga menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada indeks kedalaman kemiskinan di perkotaan 2,15. Artinya, warga miskin perdesaan harus berjuang lebih keras untuk bertahan hidup dengan membayar pengeluaran konsumsi yang lebih besar daripada warga miskin perkotaan.
"Di perkotaan kan banyak pembangunan hotel dan sebagainya yang pendapatan tinggi tetapi yang dibawahnya tidak naik pendapatan. Nah, sekarang bagaimana penguatan yang di bawahnya, sehingga perlu cara-cara by design atau perencanaan ini dengan penguatan dan peningkatan pendapatan masyarakat di lapisan bawah,†tutur Edy.
Sementara Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY JB Priyono mengungkapkan, gini ratio di DIY memang masih tinggi. BPS mendata ada pengeluaran orang di bawah Rp 9.000 perhari dan ada pula orang yang pengeluaran lebih Rp 1 juta perhari. Jarak antara pengeluaran terendah dan terbesar di DIY itu cukup tinggi. (Ira)