YOGYA, KRJOGJA.com - Trauma mata atau eye injuries dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Tidak terbatas pada para pekerja yang bersinggungan dengan kegiatan dan bahan berbahaya, bahkan olahraga yang tidak berbahaya sekalipun dapat mengakibatkan trauma mata.
Traua mata juga dapat terjadi pada siapa saja, tersebar pada kelompok umur yang tidak signifikan, sehingga siapapun dapat menderita trauma mata. Oleh karenanya, perlu identifikasi, penanganan pertama dan keputusan yang tepat untuk merujuk pasien agar mendapat penanganan yang komprehensif, karena hal itu sangat menentukan prognosis (hasil akhir kesembuhan pasien).
"Pada beberapa kasus trauma mata, perbedaan kecepatan tindakan dalam hitungan menit dapat memberikan prognosis yang berbeda pada kasus yang sama," terang parawat senior Rumah Sakit Mata 'Dr Yap', Bayu Ananto SKep dalam Seminar 'Trauma Mata' di Aula RS Mata 'Dr Yap' Yogyakarta, Sabtu (06/05/2017).
Menurut Bayu, di fase pre hospital (sebelum ditangani rumah sakit) perlu diidentifikasi penyebab trauma mata dan trauma penyertanya serta identifikasi faktor yang dapat memperparah kondisi. Misalnya kasus debu yang masuk pada mata harus dihindari penekanan pada mata (diucek, digaruk), karena dapat menyebabkan terjadinya abrasi pada kornea, yang justru menyebabkan masalah yang lebih besar.
Contoh lainnya jika terjadi penetrasi benda asing yang menetap pada bola mata, maka memerlukan penanganan secepatnya. Pada fase pre hospital dapat dilakukan fiksasi dengan modifikasi yang efisien tanpa banyak melakukan manipulasi atau menggerakkan benda yang tertahan tersebut. "Penting untuk menjaga pasien tetap kooperatif dengan tidak memanipulasi daerah mata," jelas Bayu.
Sedangkan dr Anggun Desi Wulandari dari RS Mata 'Dr Yap' menjelaskan tentang sistem rujukan pada trauma mata oleh dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama. Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari kriteria Time, Age, Complication dan Comorbidity.
Dijelaskan, time artinya jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi kronis atau melewati golden time standard. Sedangkan age, jika pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan meningkat risiko komplikasi serta risiko kondisi penyakit lebih berat. Kemudian complication, jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi pasien. Dan comorbidity, jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang memperberat kondisi pasien. (Dev)