YOGYA, KRJOGJA.com - Daya saing Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, masih rendah. Hal itu disebabkan BUMN-BUMN memosisikan di zona nyaman (comfort zone), menjadikan tidak lincah dan tidak kompetitif.
"BUMN harus dibangunkan dari tidurnya," terang Direktur Utama Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) Dr Prasetio dalam acara Peruri Goes To Campus Talkshow dan Bedah Buku bersama Direktur Utama Peruri Dr Prasetio di Ruang Sekip University Club UGM, Selasa (11/04/2017).
Menurut Prasetio, teknologi informasi berkembang sangat cepat dan telah memasuki generasi 'Z' atau digital, dimana hampir semua urusan mampu diselesaikan melalui teknologi digital. Untuk menjadikan BUMN lebih kompetitif, mau tidak mau harus keluar dari zona nyaman diimbangi inovasi. "BUMN perlu melakukan restrukturisasi organisasi, transformasi SDM dan holdingisasi," tandasnya.
Meski dalam usahanya BUMN dituntut mendapat keuntungan, namun harus dilakukan secara hati-hati (prudent) jangan sampai bertentangan dengan aturan yang ada. Oleh sebab itu berkonsultasi dengan aparat penegak hukum dan auditor seperti kejaksaan, kepolisian, BPK atau BPKP menjadi keharusan. "Prosesnya memang lebih panjang dan harus sabar, karena perlu dilakukan kajian-kajian risiko agar tidak terjadi penyimpangan dan merugikan negara," katanya.
Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan Prof Dr Widyo Pramono mengatakan, kegiatan BUMN harus sesuai dengan maksud dan tujuannya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota direksi BUMN pun harus profesional, sesuai aturan dan dilarang mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan BUMN.
"Meski diberi kepercayaan untuk mengelola perusahaan, direksi harus jujur, beritikad baik dan memperhatikan prinsip kehati-hatian," katanya. (Dev)