Keluarga Ujung Tombak Tangkal Fenomena Klithih

Photo Author
- Minggu, 8 Januari 2017 | 01:17 WIB

YOGYA (KRjogja.com) - "Saat ini sudah sangat penting untuk membentuk pendidikan karakter berbasis rumah tangga setelah kasus klithih yang dilakukan anak-anak muda mulai sangat memprihatinkan hingga menimbulkan korban jiwa." Itulah petikan kesimpulan yang didapatkan dari Forum Group Disccusion dengan pemantik Afnan Hadikusumo (DPD RI), Ahmad Syauqi Soeratno (pengamat) dan Suwandi Danu Subroto (Ketua LHKP PWM DIY) di Kantor DPD DIY Sabtu (7/1/2017).

Afnan Hadikusumo mengungkap jika permasalahan klithih ini terus terjadi dikhawatirkan dapat merusak citra Yogyakarta sebagai kota pelajar dan budaya. "Kita khawatir bahwa nanti suatu saat Jogja tak laku baik dari pendidikan dan pariwisata, efeknya panjang bisa mengganggu pendapatan pemerintah dan ekonomi masyarakat karena akan berkurang pendapatannya," imbuhnya.

Anggota DPD RI daerah pilih Yogyakarta ini menilai ada empat hal penting yang seharusnya dikedepankan dalam pendidikan saat ini yakni keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut dia, keluarga mau tidak mau memegang peran penting pembentukan karakter anak sebelum nantinya dilepas ke masyarakat dan sekolah.

"Diskusi tadi akhirnya mengerucutkan beberapa hal penting yakni perlunya pembinaan pendidikan karakter basis rumah tangga sebagai dasar, kemudian membentuk lingkungan yang baik dan kondusif, juga membentuk lingkungan sekolah yang layak belajar yakni dari sisi lingkungan dan pendidik. Kemudian satu hal tambahan yang perlu mendapat perhatian bersama dan paling penting yakni pemberantasan minuman keras dan narkoba karena aroma para pelaku ini kan pasti diantara dua hal itu," terangnya.

Dalam diskusi yang dihadiri perwakilan 7 SMA Muhammadiyah di Yogyakarta ini diketahui pula peran buruk alumni yang secara langsung menurunkan budaya geng pada adik-adik angkatannya. "Alumni nakal juga harus bisa diputus dan ini konkrit langsung dilaksanakan oleh teman-teman dari sekolah," lanjutnya lagi.

Sementara Suwandi Danu Subroto menilai, di ranah sekolah saat ini pengajar terlalu sibuk mengurus hal-hal terkait standarisasi pendidik hingga akhirnya tak terlalu ambil pusing dengan tingkah laku anak didik. Di sisi lain, siswa juga sering berlindung di balik ratifikasi Hak Asasi Manusia (HAM) bila pengajar berniat memberikan hukuman atas tingkah kelewat batas mereka.

"Kita sering dengar guru yang masuk penjara karena memarahi muridnya, mungkin sedikit berlebihan karena sebenarnya niatnya membentuk karakter murid. Kita mungkin bisa ambil contoh kisah Laka Jaga yakni gerombolan begal Sunan Kalijaga yang akhirnya takluk di tangan Sunan Bonang dan ikut menyebarkan Islam di Pulau Jawa, hal buruk berubah menjadi baik," terangnya.

Ahmad Syauqi Suratno juga menambahkan saat ini Muhammadiyah menawarkan fasilitas rehabilitasi bagi anak-anak muda pecandu alkohol dan narkoba di Asri Medical Center. "Ini bentuk konkrit penanganan, karena semua pihak harus bertanggungjawab atas anak-anak ini, betapa beraninya mereka kalau sudah mabuk dan beramai-ramai, ini yag tak kita inginkan kedepan," terangnya. (Fxh)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X