YOGYA (KRjogja.com) - Peristiwa meninggalnya Adnan Wirawan Ardianto (15) meninggalkan duka yang bagi teman-teman dan keluarganya. Ironisnya, pelaku pembacokan masih berusia 17 tahun.
Menanggapi fenomena tersebut Psikolog Analisa Widyaningrum, MPsi menyatakan keprihatinannya. Ia berpendapat bahwa peristiwa itu menjadi cerminan perlunya perhatian khusus dalam penanaman moral, karakter, dan ideologi agama.
"Pelaku sedang melalui tahap remaja tengah ke akhir untuk membentuk identitas diri. Ia memerlukan pengakuan dan penerimaan," terang Analis psikolog yang sehari-hari bekerja di Jogja International Hospital. Analis menambahkan apabila penerimaan dan pengakuan ini tidak cukup diperoleh anak dari keluarga, maka anak akan mencari ke luar dengan teman-teman yang dia rasa cocok.
MUHI Berduka, Satu Siswa Korban Pembacokan Meninggal Dunia
Rombongan Siswa SMA MUHI Diserang Kelompok Bercadar
Pada tahapan usia ini, remaja cenderung memilih geng. Karena saat ia mencari jati diri, ia akan menemukan dan berkumpul dengan teman-teman yang membuatnya merasa nyaman. "Permasalahannya, ketika mereka melakukan hal negatif, pengaruh negatif ini dapat menular dengan mudah satu sama lain," katanya. Jiwa solidaritasnya juga masih sangat tinggi.
Sebelum anak itu terjun dalam lingkungannya, sebenarnya keluargalah yang lebih banyak berperan. "Anak memerlukan kehangatan yang cukup. Perlu juga ditelusuri mungkin pelaku kurang mendapat perhatian dari orang tuanya," terangnya. (mg-22)