YOGYA (KRjogja.com) - GBPH Prabukusumo yang juga adik kandung Sri Sultan HB X, Selasa (4/10/2016) pagi menggelar upacara adat siraman di kediamannya Ngadisuryan kawasan Alun-Alun Selatan. Pria yang juga menjabat ketua KONI DIY dan PMI DIY ini akan menikahkan putera keduanya, RM Sonie Armanto Prabu Putra SE pada 9 Oktober 2016 mendatang.
Tradisi siraman sendiri merupakan adat budaya Kraton yang ditujukan untuk menyucikan calon pengantin sebelum menjalani prosesi akad nikah. Tradisi ini sudah ada sejak masa Sunan Kalijaga dituangkan dalam buku Babad Tanah Jawi di abad ke-17.
"Maknanya untuk menyucikan calon pengantin dari segala halangan dan hal buruk agar ketika akad nikah bersih. Ada proses tersendiri yang dilalui dalam prosesi ini," terang Gusti Prabu.
Sementara Hj Tienuk Rifki penata rias Kraton Yogyakarta menambahkan prosesi siraman kakung (pria) kali ini sedikit berbeda dengan biasanya. Pasalnya, kali ini calon mempelai putri berasal dari Jambi yang notabene memiliki tradisi dan budaya berbeda.
"Kalau biasanya dalam adat Jawa, tirta atau air untuk pihak laki-laki dikirim dari pihak puteri namun pada siraman kali ini tirta dari pihak laki-laki semuanya. Tapi tetap filosofinya membersihkan lahir dan batin calon pengantin sebelum menjalani prosesi pernikahan," terangnya.
Beberapa tahapan harus dijalani calon pengantin bersama orang tua dalam prosesi siraman ini seperti memasang Bleketepe dan Bucalan sebagai penanda sekaligus penolak bala, nyampur tirto dari tujuh sumber, sungkeman pada orangtua dan prosesi siraman itu sendiri. "7 pini sepuh yang menyiram air termasuk kedua orang tua, filosofinya agar menularkan kemapanan pada calon pengantin," imbuhnya.
Dalam prosesi siraman di Kraton ada juga perbedaan yakni tidak ada dulangan atau pemotongan tumpeng layaknya di prosesi adat biasa. "Setelah siraman langsung dibusanani dan menyalami para tamu, itu juga menandai selesainya prosesi siraman," pungkasnya. (Fxh)