Rebranding Yogya, Bumikan Jiwa Keistimewaan

Photo Author
- Senin, 3 November 2014 | 13:01 WIB

YOGYA (KRjogja.com) - Konsep rebranding logo dan tag line baru DIY kian menghangat. Konsep tersebut tidak hanya menjadi perbincangan di kalangan seniman dan budayawan, tetapi juga kalangan advertising, pengusaha dan tokoh masyarakat. Tidak hanya itu, pergunjingan di dunia mayapun juga ramai.

Mantan Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto mengamati rebranding logo 'JOGJA" yang baru sebagai citizen brand dan renaissance, tidak hanya logi suatu wilayah tetapi spirit dan passion dari masyarakatnya. Dirinya mengaku menunggu membumikan keistimewaan ini.

"Jadi kalau mau rebranding juga sekaligus membumikan jiwa keistimewaan sebagai kebangkitan Yogyakarta di masa depan," katanya dalam Focus Group Discussion (FGD), Minggu (02/11/2014) di Kantor Bank BPD DIY. Banyak pihak hadir dalam kegiatan ini untuk menyampaikan masukan hingga ketidakpuasan terhadap konsep tersebut.

Seniman Butet Kertarajasa menilai respons sejumlah kalangan tersebut sangat positif. Ini menunjukkan bahwa proses rebranding tidak sekadar formalitas.

Ini membuktikan bahwa acara urun rembug di Hotel Ambarrukmo lalu tidak sekadar basa-basi. Berbeda dengan di kota lain yang terkadang hanya sekadar memenuhi formalitas.

Butet curiga terhadap munculnya kontroversi itu, justru disengaja oleh Hermawan Kartajaya. Karena yang bersangkutan seorang ahli marketing yang cukup ulung, untuk membangkitkan emosi publik. Sehingga seolah-olah para seniman di Yogya memiliki musuh bersama. Dari situ seniman jadi solid dan persoalan rebranding bisa menjadi isu lokal. Padahal, seandainya dilakukan sosialisasi, dibutuhkan biaya yang cukup mahal.

Dalam FGD tersebut, Direktur Kreatif Petakumpet M Arief Budiman mengatakan keseluruhan stakeholder di DIY harus terwakili dalam branding itu. DIY sendiri sebetulnya tidak pakai branding tidak masalah. "Kita punya harta karun yang luar biasa 'Istimewa' yang terinstall di hati warga Yogyakarta. Istimewa tinggal dimunculkan kembali 'renaissance'," tandasnya.

Marzuki Mohamad, pentolan grup Jogja Hip-hop Foundation yang memiliki nama panggung Kill The DJ menyampaikan direbranding atau tidak logo DIY tidak masalah yang penting produknya bagus atau tidak.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: agung

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X