Muhammadiyah Buat Film 'Ir H Djuanda Pemersatu Laut Indonesia', Ini Maksudnya

Photo Author
- Senin, 7 Agustus 2023 | 10:41 WIB
Muhammadiyah resmi mulai produksi film Djuanda (Harminanto)
Muhammadiyah resmi mulai produksi film Djuanda (Harminanto)

Krjogja.com - YOGYA - Muhammadiyah berkolaborasi bersama BCA dan Mixpro memulai memproduksi film berjudul Ir H Djuanda Pemersatu Laut Indonesia yang diluncurkan secara resmi, Senin (7/8/2023). Hampir bebarengan dengan momen HUT RI 78, Muhammadiyah ingin menunjukkan keberpihakan kebangsaan dengan mengenalkan lebih dekat sosok Djuanda Kartawidjaja yang memiliki peran besar bagi perjalanan Bangsa Indonesia.

Film tersebut diproduseri oleh Andika Prabhangkara dan disutradarai Ery Isnanto. Keduanya sepakat, mengangkat catatan terbesar Djuanda dalam sejarah Indonesia yakni Deklarasi Djuanda yang merupakan konsepsi kesatuan kewilayahan nasional darat, laut dan udara.

Deklarasi Djuanda merupakan salah satu dari tiga tiang utama kesatuan negara dan bangsa Indonesia, yaitu Kesatuan Kejiwaan yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda 1928, Kesatuan Kenegaraan dalam NKRI yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta 1945, dan Kesatuan Kewilayahan (darat, laut udara dan kekayaan alam) yang dideklarasikan oleh Beliau Djuanda pada tahun 1957.

Andika Prabhangkara mengungkap ide pembuatan film dimulai sejak dua tahun lalu, dengan dinamika yang menarik dan penuh perjuangan. Alasan utama terwujudnya film tersebut karena landasan kuat Deklarasi Djuanda yang memiliki sejarah kuat bagi Indonesia hingga kini.

"Ir. Djuanda, adalah sosok yang sangat penting dan memiliki jasa begitu besar untuk Indonesia. Dia bukan seorang orator, bukan seorang frontliner, juga bukan politisi, bahkan sama sekali tidak pernah terlibat menjadi anggota dengan partai politik, tapi sebagai sosok pahlawan yang bergiat di belakang layar ia telah mengemban amanah sebagai mentri sebanyak 17 kali. Beliau menyatukan laut Indonesia dan menjadi tonggak penting bangsa kita," ungkapnya.

Djuanda mengikuti dua organisasi semasa hidup yakni Muhammadiyah dan Paguyuban Pasoendan. Itulah mengapa dia tidak sepopuler tokoh tokoh bangsa lain seperti Bung Karno, Bung Hatta atau Syahrir misalnya.

Namun banyak yang berpendapat bahwa Djuanda adalah orang terpenting ketiga setelah dwi tunggal Soekarno-Hatta. Ini terbukti dengan tercetaknya sosok Djuanda di lembaran uang Rp 50 ribu, sedangkan Soekarno Hatta dalam lembar Rp 100 ribu.

Terlepas dari anggapan itu, memang tidak bisa dipungkiri bahwa Djuanda Kartawidjaja memiliki peran sangat besar untuk negeri mulai sejak masih dalam jajahan Belanda, pendudukan Jepang, kedatangan NICA, sampai dengan akhirnya kedaulatan Indonesia sepenuhnya didapatkan dan terus berbenah di masa-masa awal kemerdekaan.

Film tersebut akan mulai diproduksi secara visual bulan September nanti. Namun secara tulisan, sudah hampir seluruhnya selesai dibuat dan siap segera dieksekusi ke audio visual.

"Satu tahun ini kami sudah trial untuk teknologi pembuatan film menggunakan gabungan unreal engine. Kami gunakan teknologi Dolby Atmos juga yang seluruhnya dikerjakan di Yogyakarta. Kami ingin film ini menjadi yang terbaik dengan teknologi terbaik," lanjutnya lagi.

Nantinya film tersebut akan diputar melalui layar lebar CGV atau Pop Up Cinema yang memang dimiliki Muhammadiyah. Nantinya film akan tersebar lebih luas di seluruh Indonesia dengan sistem jemput bola sampai ke pelosok daerah.

"Kami targetkan satu tahun ke depan film ini sudah bisa disaksikan bersama. Semoga pesan yang berusaha kami sampaikan, bisa sampai ke generasi Indonesia saat ini dan mendatang," tandasnya.

Ery Isnanto, sutradara menambahkan selain pada sosok kepahlawanan, sisi lain dari Djuanda yang akan disampaikan dalam film ini. "Film akan menunjukkan contoh nyata seorang muslim yang berpikiran maju, modern, terbuka (moderat), namun taat dengan agama dan selalu bergerak dengan dasar dasar agama dalam membantu setiap proses pembangunan bangsa, baik dalam mengatasi konflik, membuat tata aturan negara, sampai dengan cara bersikap pada penjajah sekalipun," sambungnya.

Sementara, Prof Gunawan Budiyanto, Ketua Lembaga Seni Budaya PP Muhammadiyah, menyatakan bahwa Muhammadiyah memiliki konsern pada pembangunan sarana media literasi yang cocok untuk generasi bangsa. Hal ini menjadi tantangan dunia pendidikan yang akan terus berkembang seiring teknologi digital.

"Banyak anak muda yang menanyakan tentang Ir H Djuanda, menteri perhubungan dua periode. Dia kader Muhammadiyah yang bergerak di bidang pendidikan, tapi harus berjuang di lapangan. Kalau Pak Dirman dengan pertempuran fisik, maka Djuanda dipercaya karena kecerdasannya. Dia dipercaya menjadi asosiate profesor di sekolah tinggi Belanda, namun ia memilih menjadi guru Muhammadiyah di Jakarta. Djuanda berusaha mewujudkan kesatuan bangsa Indonesia melalui darat, laut maupun udara. Dia jembatan lautan, mempersatukan khasanah laut di Indonesia, membuat kita warga Muhammadiyah bangga. Semoga apa yang ada di film ini menginspirasi, membawa hal-hal baik bagi generasi penerus bangsa. Mereka bisa mengenal lebih dekat Djuanda melalui media digital," tukas Gunawan. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X