KRJOGJA.com YOGYA -- Akselerasi akses dan kualitas pendidikan tunanetra di seluruh dunia merupakan perjuangan utama ICEVI (International Council Of Education For People With Visual Impairment) termasuk ICEVI. Sebagaimana dimandatkan Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas (United Nation Convention On The Rights Of Persons With Disabilities UN CRPD),
"Untuk memenuhi hak penyandang disabilitas, termasuk di bidang pendidikan, hambatan sikap dan lingkungan yang ada harus dihilangkan," tegas Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia Aria Indrawati dalam Pembukaan ICEVI 2023 wilayah Asia Timur, Selasa (18/9) di Hotal Royal Ambarukmo Yogyakarta.
Sekitar 200 peserta hadir dengan pembicara dari 10 negara, tidak hanya dari kawasan Asia Timur, juga dari Australia, India, Swis, serta Amerika. ICEVI akan berlangsung hingga Kamis (21/9) Konferensi dibuka Dirjen PAUD Dikdasmen Dr Iwan Syahril PhD didampingi, Ketua ICEVI Indonesia Sri Sudarsono, Presiden ICEVI Global Frances Gentle, Ketua Yayasan RS mata Dr Yap GBPH Prabukusumo, MNG Mani, CEO ICEVI, ahli pembelajaran matematika siswa tunanetra asal India, dan tokoh tokoh pendidikan tuna netra.
“Pemenuhan reasonalbe accomodation dan accessibility ini diharuskan, karena siswa penyandang disabilitas termasuk siswa tunanetra, baik dengan disabilitas tunggal, ganda maupun multi, memiliki kebutuhan khusus. Harus dipenuhi oleh sistem pendidikan di semua negara di dunia," paparnya.
Sedang Iwan Syahril menyatakan, negara telah membuat regulasi dengan perundang-undangan yang melindungi hak-hak disabilitas. "Lembaga-lembaga pendidikan terus kita tingkatkan fasilitasnya, untuk memberikan bekal agar disabilitas berdaya saing dan mempunyai kesempatan yang sama dan tidak dibedakan," tegasnya. (Vin)