Krjogja.com - YOGYA - Forum Komunikasi Peduli Bangsa (FKPB), menggelar Dialog Kebangsaan di Gedung PDHI Yogyakarta Alun-Alun Utara, Sabtu (7/10/2023). Beberapa narasumber dihadirkan Ust Alfian Tanjung, Edy Mulyadi, Jendral Purn Tyasno, Ust Andri Kurniawan dan Syahganda Nainggolan untuk memberikan pandangan.
Ketua FKPB, Bambang Anggrayanto, mengatakan dialog kebangsaan tersebut dibuat untuk memberikan perspektif yang lain pada masyarakat secara luas. Pihaknya melihat banyak hal yang tak berjalan dengan baik di negeri ini di mana ada penyimpangan perundangan dan sebagainya.
"Hal ini yang ingin kami sampaikan dalam dialog kebangsaan. Bagaimana kita kembali ke UUD 1945 dan meluruskan sejarah bangsa Indonesia," ungkapnya di sela acara.
Salah satu narasumber, Syahganda Nainggolan, mengatakan bahwa saat ini perekonomian Indonesia dikuasai oleh pemodal asing yang mana hal tersebut bertolakbelakang dengan UUD 1945. "Memang saat ini ekonomi kita dikuasai asing, tadi yang dibilang Pak Syukri Fadholi sebagai asing dan aseng. Ini kenyataan yang harus kita hadapi," tandasnya.
Hal senada disampaikan Andri Kurniawan yang mengatakan bahwa sejarah akan berulang seperti disampaikan dalam agama. Namun menurut dia yang membedakan adalah warna dan kualitasnya.
Baca Juga: Calon Kuat Cawapres, Mahfud MD: Saya Tak Ingin Jadi Faktor Kekalahan
"Indonesia pernah alami peristiwa 1948 dan 1965 bagaimana ada kekelaman di masa itu. Jika sejarah bisa berulang, maka kita harus waspada agar hal-hal buruk yang terjadi di masa lalu tidak terjadi lagi di kemudian hari," tambahnya.
Sementara, Penasehat Forum Komunikasi Peduli Bangsa (FKPB), Syukri Fadholi menyoroti amandemen UUD 1945 yang dinilai menggeser Demokrasi Pancasila menjadi Demokrasi Liberal. Peran ekonomi yang diamanatkan dalam amandemen menurut Syukri lebih berpihak pada pemodal asing daripada rakyat Indonesia.
"Kita lihat misalnya di pasal 33 ayat 4 UUD 1945, isyarat Demokrasi Pancasila sudah bergeser ke arah liberal. Ini yang menjadi perhatian bahwa elit saat ini tidak lagi berpihak pada rakyat, namun pada asing dan aseng tadi," tandas Syukri. (Fxh)