Anak Muda Bengkel Hijrah Iklim Dorong Calon Pemimpin Indonesia Berpihak Keadilan Iklim

Photo Author
- Selasa, 21 November 2023 | 15:10 WIB
Pembicara Bengkel Hijrah Iklim berfoto untuk media. (Foto : Harminanto)
Pembicara Bengkel Hijrah Iklim berfoto untuk media. (Foto : Harminanto)

Krjogja.com - YOGYA - Bengkel Hijrah Iklim, yang berisi anak-anak muda dari berbagai daerah di Indonesia memaparkan hasil kegiatan yang dilakukan sejak bergerak pada 2022 lalu. Gerakan hasil kolaborasi AktivAsia, Purpose dan Pesantren Ekologi Miskyat Al-Anwar ini mendorong calon pemimpin Indonesia 2024 untuk berpihak pada keadilan iklim di tengah isu nyata perubahan iklim di bumi.

Dua alumni Bengkel Hijrah Iklim yang bermukim di Jogja, Kholida Annisa dan Aniati Tokomadoran menyampaikan hasil kerja nyata menggelorakan gerakan peduli iklim pada media, Selasa (21/11/2023). Keduanya bergerak menyentuh generasi Z dan X lewat pelatihan dari daerah ke daerah juga masuk ke pendidikan keagamaan pesantren.

Hasil temuan yang muncul bahwa 9 dari 10 orang Indonesia memiliki kekhawatiran dengan krisis iklim. 84 persen disebutkan percaya bahwa manusia bertanggungjawab atas perubahan iklim namun percaya bahwa Tuhan memainkan peran yang besar.

Baca Juga: DAIFIT 2023, Astra Daihatsu Berangkatkan Pelanggan ke Tanah Suci

Menariknya, mayoritas masyarakat Indonesia lebih percaya pemimpin agama sebagai pembawa pesan perubahan iklim dibanding presiden, PBB, LSM, ilmuan dan media (angkanya 35 persen). Situasi inilah yang kemudian mendasari munculnya Bengkel Hijrah Iklim yang bergerak di kalangan anak-anak muda.

Kholida mengungkap, isu lingkungan belum menjadi prioritas di pemilu termasuk saat ini. Para calon memang menaruh isu lingkungan dalam program kerja, namun masih berada pada urutan bawah dan belum menjadi perhatian utama.

"Tahun 2024 ini harus disuarakan, mendorong pemimpin pro iklim. Bagaimana komitmen zero emition, green job dan transisi energi menjadi utama. Kami ingin dorong agar calon-calon yang ada punya keberpihakan pada itu. Semua menyebutkan program lingkungan tapi kita tak tahu bagaimana keberpihakan mereka sebenarnya. Sekarang ini para calon sedang berusaha menggaet gen Z untuk menjadi pemilih. Bagaimana visi misi jadi ke belakang, ditutup dengan cara kreatif membuat konten. Kami dari generasi Z ingin agar teman-teman lebih peduli isu pentingnya bukan terlena pada hal-hal gemoy saja," ungkapnya.

Baca Juga: Bertahun-tahun Status HGB Tanpa Kejelasan, Warga Datangi Kanwil BPN DIY

Hal senada disampaikan Aniati yang sampai saat ini terus berusaha memberikan edukasi pada masyarakat terkait perubahan iklim. Aniati berusaha menggugah kepedulian masyarakat dengan bahasa yang mudah dimengerti agar isu tersebut sampai dan menjadi perhatian.

"Terpenting bagaimana pembahasan untuk masyarakat terkait iklim ini disederhanakan, tak bisa pakai bahasa tinggi untuk masyarakat di desa terutama. Kalau dekat, mudah dan relate akan lebih masuk. Kami angkat cerita lokal dari tiap daerah yang harapannya bisa lebih menyentuh anak-anak muda lain di sana. Kami tak mau hanya jadi objek suara di 2024 tapi bisa menjadi subjek. Kami ingin menjadi kekuatan besar yang bisa mendorong pemimpin pro iklim," tandasnya.

Sementara, Gregorius Ragil Wibawanto, pengajar Sosiologi UGM, menyampaikan bahwa bicara perubahan iklim maka akan sulit ketika langsung disampaikan begitu saja. Mencoba mendekatkan dengan isu lokal, menjadi pintu masuka agar pesan mudah dimengerti.

"Ada gap generasi, bagaimana senior memiliki pendekatan berbeda dengan anak muda. Saya setuju bahwa anak muda tetap harus lakukan intervensi secara politik untuk mempengaruhi kebijakan terkait isu iklim ini. Bagaimana anak-anak yang langsung berhubungan dengan resiko dan persoalan iklim ini. Pemimpin inilah yang harus memimpin Indonesia ke depan. Tidak hanya bajunya tapi melibati di dalamnya. Pemimpin muda di level lokal harus muncul karena dampak di tiap wilayah pasti berbeda. Sudah banyak anak muda melakukan kegiatan nyata," pungkasnya. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ivan Aditya

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X