Krjogja.com - YOGYA - Gelaran Parade Gangsa yang digagas Dinas Kebudayaan DIY di Serangan Oemoem (SO) 1 Maret, Senin (27/11/2023) malam berjalan dengan meriah. Menarik dan tak biasa, ada tentara, polisi, jaksa hingga narapidana yang berada di atas panggung yang sama.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakhsmi Pratiwi, mengatakan gamelan menjadi kuat posisinya setelah mendapat predikat warisan budaya tak benda oleh Unesco sejak 2021 lalu. Dinas Kebudayaan DIY menyerahkan hibah fasilitasi gamelan di Forkompimda DIY seperti Korem 072 Pamungkas, Kejaksaan Tinggi DIY, AAU, Kanwil Kemenkumham, Pangkalan Lanal DIY dan Polda DIY.
Baca Juga: Satgas Yonif 122 Tombak Sakti Ajak Siswa SDN Inpres Pir V Arso Pawai Peringati Hari Guru
"Instansi inilah yang menjadi pemain pada Parade Gangsa kali ini, ditambah Komunitas Gayam 16. Tiap tim ada 20 orang, di mana para pelaku seni dari Kemenkumham ada juga narapidana dan klien pemasyarakatan Lapas (perempuan) Kelas 2B Wonosari. Ini menunjukkan hibah gamelan tak hanya dipakai ASN tapi narapidana binaan," ungkap Dian.
Para peserta membawakan beberapa gending wajib dan pilihan yakni Gending Nuswatara, Semangat Juang 45, Sabda Proklamasi dan Kui Opo Kui. "Semoga ini bisa melestarikan gamelan gaya Jogja, dimulai dari instansi DIY untuk ditularkan pada masyarakat," tandas Dian.
Baca Juga: Lakukan Cek Kesehatan, Pena Mas Ganjar Sosialisasi Penyakit Diabetes ke Warga Pangkah
Sementara, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X yang hadir langsung mengatakan bahwa gamelan sejatinya merupakan salah satu ekspresi budaya, dan sarana membangun koneksi antara manusia dengan alam semesta. Gamelan yang dimainkan secara orkestra, mengajarkan tentang harmoni, yang merupakan kunci penting bagi kehidupan di bumi.
"Adapun saat berbicara tentang urgensi pelestarian gamelan sebagai warisan budaya, kita sesungguhnya sedang berbicara mengenai nilai (values), bukan tentang artefak. Sekedar menyegarkan ingatan, dua tahun yang lalu, atau tepatnya pada tanggal 15 Desember 2021, UNESCO menetapkan Gamelan Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Ini adalah wujud pengakuan dunia terhadap keunggulan dan nilai penting falsafah gamelan," ungkap Sultan.
Baca Juga: TNI, Polri dan Warga Kampung Nunsembai Sinergi Bangun Gereja
Dalam konteks DIY, pembangunan kebudayaan ditujukan untuk melindungi dan mengembangkan kebudayaan, memperkuat identitas diri atau jati diri masyarakat, serta memanfaatkan kebudayaan sebagai potensi ekonomi kreatif yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi, serta mengentaskan kemiskinan.
Terlepas dari berbagai upaya yang selama ini telah dilakukan terkait pelestariannya, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi-kondisi keterbatasan jumlah empu; lamanya proses pembuatan gamelan, dan kurangnya antusiasme generasi muda terhadap gamelan masih kita hadapi di DIY.
Baca Juga: E-Tle Drone 2 Menit Terbang Jaring 10 Pelanggar di Exit Tol Salatiga
"Demikian pula dalam kaitannya dengan pengakuan UNESCO, serta tujuan pembangunan kebudayaan DIY, permasalahan kurangnya antusiasme, yang salah satu penyebabnya adalah perihal tak kenal maka tak sayang, sesungguhnya merupakan hal yang ironis. Sehingga, di sinilah nilai penting diselenggarakannya Parade Gangsa hari ini, mengajak seluruh elemen yang ada di DIY, termasuk Forkompimda, untuk bekerjasama dalam merealisasikan tujuan pembangunan kebudayaan DIY, dengan seni gamelan sebagai mediumnya," lanjut Sultan.
Sultan berharap Parade Gangsa tidak dimaksudkan untuk berhenti di level output saja. Namun ada values atau filosofi pada gamelan dapat senantiasa hidup, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari jati diri masyarakat. (Fxh)