Kolaborasi Dosen UGM dan Unriyo Mengembangkan Inovasi Alat Pengisap Larva Aedes untuk Pengendalian DBD

Photo Author
- Sabtu, 16 Desember 2023 | 10:28 WIB
Uji coba alat skala laboratorium.
Uji coba alat skala laboratorium.

Krjogja.com - YOGYA - Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu penyakit mematikan di Indonesia. Tiap tahun angka kematian akibat DBD cukup tinggi dan terus meningkat. Berbagai program maupun inovasi dilakukan agar dapat menekan angka penyebaran penyakit melalui pemberantasan vektor nyamuk sebelum menjadi dewasa.

DBD merupakan penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk bernama Aedes Aegypti. Sebagai negara tropis maka tak heran pula jika Indonesia menjadi tempat vektor bagi Aedes aegypti.

Inovasi coba dilakukan oleh para dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Respati Yogyakarta (UNRIYO). Mereka mengembangkan alat pengisap larva spesies Aedes aegypti dengan metode elektrik mekanik.

Seperti dikatakan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UNRIYO, Nur Alvira Pascawati bahwa inovasi ini menawarkan keunggulan berupa alat yang dapat mengisap larva nyamuk di dalam air menggunakan tenaga pompa mini bertegangan rendah sehingga aman secara elektronis. Air yang disedot oleh pompa disirkulasikan kembali ke dalam container dalam keadaan bersih, sementara larva yang terjebak di dalam saringan dapat dimusnahkan atau digunakan untuk kebutuhan program dan penelitian.

“Artinya kader tidak perlu menguras air dalam container saat pemberantasan larva, mengurangi pemakaian bahan kimia (larvasidasi) yang berpotensi menimbulkan resistensi dan pengunaan predator larva yang tidak dapat bertahan lama di dalam container,” kata Nur Alvira Pascawati.

Ia menambahkan inovasi ini telah dikembangkan sejak tahun 2020 sampai 2022 dan dan telah mendapatkan hak paten. Namun ia menganggap inovasi tahun sebelumnya masih perlu dikembangkan agar lebih efektif dalam mengeliminasi larva.

Selain itu juga dapat memberikan hasil yang lebih valid untuk menilai risiko penyakit tular vector. Sehingga akhirnya layak untuk diproduksi dalam skala besar dan dapat diakses di seluruh wilayah Indonesia yang tidak luput dari penularan Penyakit DBD.

Melalui program pendanaan Protitope 2023 dari Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM), Tri Baskoro sebagai ketua peneliti dan Nur Alvira Pascawati kembali melakukan pengembangan pada inovasi ini dengan meningkatkan fungsi komponen yang terdapat dalam alat tersebut.

Bagian elektonik mempunyai kekuatan daya penghisap 3,7volt-2600 mAh, spesifikasi motor pompa dengan daya yang aman dan besar sehingga kuat dan cepat dalam menghisap larva (±400 mAh), terdapat kontrol pengatur daya sehingga pompa dapat berputar sesuai kebutuhan. Daya tahan penggunaan alat mencapai 3 jam dengan saving baterei 50%, menggunakan senter selam yang super terang dan saklar anti air.

Bagian penghisap terdapat noozle penghisap berbentuk selang, sehingga cocok dengan semua sudut Tempat Penampungan Air (TPA) di masyarakat dan dapat dengan mudah serta cepat dalam menghisap larva yang berada di permukaan air.

Bagian penyaring terdapat noozle output yang menyatu secara permanen dengan pipa penghisap, Larva yang masuk akan terjebak kedalam botol sehingga larva dapat langsung dimusnakan oleh kader dan dapat digunakan oleh tenaga kesehatan dan peneliti untuk identifikasi jenis vektor dan penyakit yang dapat ditularkan. Bagian ini juga dilenagpai dengan pipa untuk mengembalikan air kedalam kontainer dalam keadaan yang bersih tanpa larva.

“Alat ini sudah melalui rangkaian uji coba skala laboratorium yang menujukkan bahwa alat ini dapat menghisap seluruh larva (50 larva) pada TPA volume 80 liter berwarna terang hanya dalam waktu 28 detik-57, sedangkan pada TPA berwarna gelap membutuhkan waktu 31-89 detik. Pada TPA yang lebih besar dengan volume 90 liter berwarna terang alat ini masih cukup cepat untuk menghisap seluruh larva dalam waktu 80-119 detik dan pada TPA warna gelap adalah 88-122 detik,” terangnya.

Alat ini juga sudah diuji coba di wilayah Kerja Puskesmas Moyudan yang memiliki ABJ <95%, yang artinya area ini memiliki risiko tinggi penularan DBD.

Hasil uji memberikan hasil yang memuaskan dan para kader Juru Pemnatau Jentik (Jumantik) sangat antusias karena alat ini sangat mudah digunakan saat dipakai untuk menghisap larva di berbagai TPA seperti bak mandi, drum, ember dan tempayan, warna TPA yang gelap dan terang, warna air yang jernih dan keruh, volume TPA berukuran kecil sampai besar (4,9 Liter-450 Liter) dengan ketinggian air mencapai 13,5 cm-99 cm). Alat ini mampu menghisap seluruh larva yang berjumlah 3 ekor-67 ekor hanya dalam waktu 4 detik-189 detik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ivan Aditya

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X