Krjogja.com - BANTUL - Untuk melahirkan pemikir Muhammadiyah yang mumpuni harus dirancang/direncanakan dengan baik, by design. Bukan dengan cara dibiarkan tumbuh secara alamiah, laksana tanaman liar. "Bukan pula dengan cara dimuliakan begitu rupa seperti hewan piaraan," kata Dr Mohamad Ali MPd, dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dalam Sarasehan bertema 'Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah' berlangsung di Aphiterater Fakultas Kedokteran - Kampus Utama Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Ringroad Selatan Bantul, Kamis (11/01/2024).
Sarasehan diberi pengantar Muhammad Sayuti PhD (Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/FKIP UAD), dibuka Rektor UAD Prof Dr Muchlas MT secara online dari Mekah dan secara offline oleh Prof Marsudi (BPH UAD).
Sarasehan juga menghadirkan narasumber Prof Dr Amin Abdullah MA (UIN Sunan Kalijaga, Dewan Penasihat BPIP), Prof Dr Abdul Munir Mulkhan SU (dosen UMS) dsn Prof Suyata PhD (dosen UAD) dengan moderator Dr Farid Setiawan. Sarasehan yang diselenggarakan Program Doktor Pendidikan FKIP - UAD membahas Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah, Sejarah Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah, Landasan Filosofi Pendidikan Muhammadiyah, Basis Filosofi Keilmuan Pendidikan Muhammadiyah.
Menurut Mohamad Ali, melahirkan pemikir pendidikan harus dirancang, dibekali dengan seperangkat kompetensi yang diperlukan. Setidaknya ada 3 bekal kompetensi. Pertama, menumbuhkan kesadaran adanya masalah kehidupan (pendidikan) yang harus segera ditemukan pemecahan. Kedua, mengenali pemikiran/ide yang menonjol dan terkemuka. Ketiga, terlibat aktif dan totalitas dalam menggumuli masalah dan memecahkannya. "Bekal menjadi pemikir pendidikan yaitu kesadaran hadirnya masalah, memahami pemikiran yang menonjol/konseptual dan keterlibatan sepenuh hati dalam memecahkan masalah," ujarnya.
Mohamad Ali menyebutkan, kehadiran persyarikatan Muhammadiyah, 28 November 1912 dapat dilihat sebagai upaya pelembagaan pemikiran (tajdid) Kiai Dahlan, pada saat bersemaan juga bisa dilihat sebagai upaya melahirkan pemikir-pemikir baru yang tumbuh dari kancah, baik yang bergumul di majelis, ortom ataupun di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang ditekuni.(Jay).