KRjogja.com, YOGYA - Memasuki awal tahun 2024, Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota inflasi di DIY yaitu Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul mengalami deflasi berada dalam range sasaran 2,5±1%. Berdasarkan hasil rilis BPS, IHK di DIY tercatat mengalami deflasi sebesar -0,02% (mtm), atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 2,60% (yoy).
"Capaian inflasi DIY pada Januari 2024 relatif lebih rendah dibandingkan inflasi pada Januari 2023 yang pada saat itu diwakili oleh inflasi Kota Yogyakarta sebesar 0,17% (mtm) dan 6,05% (yoy)," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/2).
Ibrahim mengatakan perbaikan capaian inflasi ini tidak terlepas dari sinergi berbagai upaya pengendalian inflasi dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY yang semakin solid, dengan didukung pengkinian data IHK mengacu pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2022 dengan tambahan Kabupaten Gunungkidul untuk mewakili daerah rural.
"Secara bulanan, deflasi yang terjadi di DIY disebabkan penurunan harga pada kelompok transportasi. Hal ini sejalan dengan penyesuaian harga seluruh BBM Non Subsidi per 1 Januari 2024, yang mengalami penurunan harga berkisar 6 – 7% (mtm)," katanya.
Lebih lanjut, Ibrahim menyampaikan deflasi yang relatif dalam juga terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau seiring pasokan yang terjaga terutama pada komoditas cabai rawit yang memasuki masa panen.
Hal ini diperkuat oleh pantauan perkembangan harga dalam website Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS, https://www.bi.go.id/hargapangan) yang menunjukkan penurunan harga cabai rawit dari Rp68.250/kg di bulan sebelumnya menjadi Rp62.500/kg.
"Deflasi lebih dalam tertahan oleh meningkatnya harga komoditas pangan seperti beras, bawang merah, tomat, dan bawang putih. Kenaikan harga beras dan bawang merah dipicu keterbatasan pasokan akibat pengaruh El-Nino yang menyebabkan mundurnya masa tanam di tahun 2023 dan berdampak pada pergeseran masa panen," tutur Ibrahim.
Selain itu, penyaluran Bantuan Sosial Tunai dalam rangka Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem turut memicu kenaikan permintaan sembako, salah satunya beras. Tekanan inflasi juga dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas global yang memicu kenaikan harga bawang putih dan emas perhiasan.
Mencermati kondisi terkini dan mengantisipasi potensi risiko ke depan, BI DIY bersama TPID telah menyusun berbagai upaya pengendalian inflasi untuk tahun 2024 yang dituangkan dalam Roadmap TPID DIY. Ke depan, sinergi pengendalian inflasi tetap difokuskan dengan mengacu pada kerangka 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif), serta meneruskan upaya-upaya melalui Gerakan Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
"Inovasi juga dilakukan TPID DIY untuk memastikan kebijakan pengendalian harga berjalan dengan baik melalui pengembangan website TPID DIY," imbuh Ibrahim. (Ira)