Bedah Metode Laparoskopi Port Tunggal Semakin Banyak Diminati, Apa Saja Keunggulannya ?

Photo Author
- Jumat, 10 Mei 2024 | 12:30 WIB
dr Herman Yosef Kuncara SpB (tengah) bersama mantan pasiennya. Foto: Devid Permana
dr Herman Yosef Kuncara SpB (tengah) bersama mantan pasiennya. Foto: Devid Permana



Krjogja.com, YOGYA - Operasi bedah menggunakan metode laparoskopi semakin diminati oleh masyarakat. Hal ini lantaran, metode laparaskopi memiliki pemulihan yang lebih cepat, risiko infeksi yang lebih rendah, dan bekas luka yang lebih kecil. Selain itu tingkat presisi laparoskopi tinggi dengan risiko komplikasi rendah.

Dengan alat bernama laparoskop, dokter bedah dapat melihat dan melakukan operasi di dalam rongga perut atau panggul tanpa membuat sayatan besar pada kulit. Seperti operasi usus buntu, batu empedu, hernia, operasi pengangkatan kista dan tumor di usus atau di rahim.

Namun ternyata, operasi bedah menggunakan metode laparoskopi ada beberapa jenis, dua yang sering dipakai oleh dokter bedah adalah Single Port Laparoscopy (SPL) dan Conventional Laparoscopic Surgery (CLS). Salah satu dokter spesialis bedah yang ahli melakukan Single Port Laparoscopy (SPL) adalah dr Herman Yosef Kuncara SpB.

Dokter Kuncara berpraktik di Rumah Sakit (RS) Panti Rapih Yogyakarta sejak 13 tahun yang lalu hingga saat ini, dan dikenal sebagai ahlinya SPL. Sudah banyak pasien yang puas dengan metode bedah SPL yang langsung ditangani oleh dr Kuncara.

Kuncara menjelaskan perbedaan antara SPL dan CLS. Yaitu SPL hanya membutuhkan satu sayatan kecil untuk memasukkan alat yakni pada pusar pasien. Sedangkan CLS membutuhkan minimal tiga sayatan di beberapa bagian perut pasien untuk jalan masuk alat.

"Karena SPL hanya satu sayatan kecil di pusar (tanpa memotong otot), maka proses penyembuhannya jauh lebih cepat, dan rasa nyeri pasca operasi sangat minim. Operasinya hari ini, keesokan harinya pasien bisa turun dari bed dan bisa jalan. Berbeda dengan laparoskopi konvensional dengan banyak sayatan (minimal tiga sayatan) dan memotong otot, penyembuhannya menjadi lebih lama," katanya kepada Krjogja.com, Kamis (9/5/2024).

Beberapa pasien dr Kuncara mengaku laparoskopi port tunggal lebih baik dan sangat direkomendasikan. Salah satunya, Jeanie Graciela Hinarta (17) yang juga seorang model, mengaku penyembuhan pasca operasi usus buntu dengan SPL sangat cepat. "Bekas operasinya gak ada, karena di pusar. Rasa nyeri pascaoperasi tetap ada tapi sedikit. Apalagi ditangani langsung oleh dr Kuncara jadi recomended banget," katanya.

Senada, Aurelia Aiko Adinda (20) juga merasakan keunggulan dari laparoskopi port tunggal. Meskipun biaya operasi SPL tidak ditanggung oleh BPJS, tapi harganya masih terjangkau dan sepadan dengan manfaat yang dirasakan pasien. "Saya ini kan takut nyeri pasca operasi, nah laparoskopi port tunggal ini sangat cocok, karena hanya satu sayatan kecil saja," katanya.

Dokter Kuncara menambahkan, metode bedah laparoskopi port tunggal sebenarnya telah ada sejak lama, hanya masyarakat banyak yang belum mengetahuinya, sehingga perlu edukasi tentang itu. Kemudian, dari segi biaya tidak terlalu jauh perbedaan antara SPL dan CLS. "Kami terus memberikan edukasi terkait metode bedah laparoskopi, terutama laparoskopi port tunggal kepada masyarakat, sehingga bisa mendapatkan manfaatnya," pungkasnya. (Dev)


Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X