KRjogja.com - Sebentar lagi Kraton Yogyakarta akan mengadakan perayaan Hajad Dalem Grebeg Besar untuk memperingati Idul Adha 1445 H/2024. Acara ini akan menghadirkan serangkaian kegiatan yang berlangsung dari Sabtu (15/6/2024) hingga Selasa (18/6/2024).
Pertama, pada Sabtu (15/6/2024), Numplak Wajik akan diadakan di Panti Pareden, Kompleks Magangan, dimulai pukul 15.00 WIB. Kemudian, pada Senin (17/6/2024), akan ada Gladhi Resik Prajurit di Kamandungan Kidul-Kedhaton-Pagelaran, dimulai pukul 06.30 WIB.
Acara puncak, Grebeg Besar, dijadwalkan berlangsung pada Selasa (18/6/2024). Berangkat dari Kagungan Dalem akan mengunjungi Masjid Gedhe, Mangkubumen, Kepatihan, dan Pura Pakualaman. Perlu dicatat bahwa hanya di Masjid Gedhe yang diperbolehkan untuk dihadiri oleh pengunjung.
Grebeg Maulud, seperti dilansir dari budaya.blog.unisbank.ac.id, adalah salah satu upacara adat yang diadakan secara tahunan di Yogyakarta. Tujuannya adalah untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad dan mewarisi ajaran-ajarannya yang agung.
Acara ini juga menjadi ungkapan syukur dari Keraton Yogyakarta atas kemakmuran yang dinikmati bersama masyarakat. Grebeg Maulud adalah salah satu dari tiga Grebeg yang rutin diadakan, bersama dengan Grebeg Syawal dan Grebeg Besar.
Setiap tahun, ribuan orang rela berdesakan di bawah terik matahari untuk berpartisipasi dalam perburuan gunungan yang dibagikan oleh Keraton. Gunungan ini berisi berbagai hasil bumi yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat, dengan keyakinan bahwa mendapatkan bagian dari gunungan adalah pertanda baik untuk rezeki mereka.
Prosesi Grebeg Maulud dimulai dengan Miyos Gangsa dan Numplak Wajik, dimana pusaka-pusaka dan senjata-senjata Keraton dipersiapkan dan diperlihatkan kepada masyarakat. Acara berlanjut dengan prosesi Bethak dan Pesowanan Garebeg, di mana nasi yang dimasak selama prosesi Bethak diletakkan dalam pusaka Kanjeng Kyai Blawong dan dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil.
Tradisi Grebeg Maulud dimulai dengan konvoi prajurit Keraton yang mengenakan seragam lengkap dan membawa senjata serta alat musik. Prajurit yang menunggang kuda juga ikut serta dalam konvoi ini, sebelum gunungan yang telah disiapkan dibagikan kepada masyarakat.
Sejarah Grebeg bermula dari kata "gumrebeg", yang berarti perayaan. Tradisi ini merupakan bagian dari penyebaran Islam di Jawa yang diprakarsai oleh Sunan Kalijaga dan Raden Patah. Grebeg Maulud sendiri dimulai dari inisiatif Sunan Kalijaga untuk mengadakan tabligh akbar di Kerajaan Demak, yang dihadiri oleh berbagai pihak kerajaan dan masyarakat luas.
Acara Grebeg Maulud pertama kali berisi pertunjukan musik gamelan dan wayang kulit yang memainkan cerita-cerita keislaman di halaman Masjid Agung Demak, sebagai bagian dari dakwah Sunan Kalijaga. Metode dakwah ini sangat sukses menarik minat masyarakat dan memperluas penyebaran Islam di Jawa. Di Yogyakarta, tradisi Grebeg Maulud diperkenalkan oleh Sultan Hamengkubuwono I, yang juga dikenal sebagai Raja Mataram pertama.
Tradisi Grebeg Maulud tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya dan sejarah Yogyakarta, tetapi juga menjadi momen yang dinantikan dan dihargai oleh masyarakat sebagai ungkapan syukur dan perayaan atas ajaran-ajaran Islam yang bermakna.
Perayaan Hajad Dalem Grebeg Besar ini tidak hanya menjadi momen penting dalam kalender budaya Yogyakarta, tetapi juga menunjukkan kekayaan tradisi dan keagungan keraton. Bagi mereka yang ingin merasakan nuansa kebesaran acara ini, tidak ada waktu yang lebih tepat untuk menikmatinya daripada pada kesempatan ini.
Dengan mengikuti perayaan ini, pengunjung tidak hanya dapat menyaksikan prosesi tradisional yang kaya makna, tetapi juga dapat menikmati keindahan budaya dan warisan sejarah yang dijaga dengan baik oleh Kraton Yogyakarta. (*)