KRjogja.com - YOGYA - Bisnis oleh-oleh merupakan salah satu penggerak roda perekonomian di Indonesia. Hal itu karena adanya keterlibatan masyarakat lokal dalam membidik pangsa pariwisata.
"Krisna Oleh-oleh Khas Bali dalam hal ini turut andil sebagai pelaku pariwisata yang menyukseskan peredaran gelombang bisnis oleh-oleh," kata pemilik Krisna Oleh-oleh Khas Bali, Gusti Ngurah Anom saat silaturahmi ke Kantor SKH Kedaulatan Rakyat, Senin (24/6/2024), didampingi oleh Novi Soesanto selaku GM Novotel Suites Yogyakarta, Budi Setia Raharjo selaku GM Malioboro Mall Yogyakarta.
Rombongan diterima oleh Dirut KR, H Wirmon Samawi SE MIB; Komisaris Utama, Prof Dr Inayati Adrisijanti; Direktur Umum, Yuriya Nugroho Samawi SE MM MSc; Direktur Keuangan, Imam Satriadi SH; Direktur Produksi, Baskoro Jati Prabowo SSos; General Manager, Yoeke Indra Agung Laksana dan Wakil Pemimpin Redaksi, Ronny Sugiantoro.
Baca Juga: Dikukuhkan, Masa Jabatan Lurah Jadi Delapan Tahun
Gusti Ngurah Anom atau lebih dikenal dengan panggilan Ajik Krisna menceritakan perjalanan bisnis toko oleh-olehnya. Ia dan istri membuka sentra oleh-oleh khas Bali pada tahun 2007. Setelah 17 tahun berdiri, Toko Oleh-oleh Krisna Bali hadir di Yogyakarta dengan nama 'Krisna Oleh-oleh Nusantara' Yogyakarta.
"Toko Krisna di Yogya menyuguhkan berbagai camilan dan cenderamata khas dari berbagai wilayah Nusantara, terutama dari Yogyakarta, Jawa Tengah, dan sekitarnya. Dengan pangsa wisatawan yang berkunjung di area Malioboro dan sekitar," ucapnya.
Ajik Krisna menyampaikan bahwa bisnis oleh-oleh makanan saat ini sangat laku dibandingkan handicraft.
"Bisnis retail makanan jika ditekuni sangat laku. Handicrafts agak menurun. Presentasinya 80% makanan, 20% kerajinan. Kebanyakan para pembeli menyukai makanan ringan dan kue basah," tambah Krisna.
Pihaknya tidak memiliki perjanjian atau MoU apapun dengan para pelaku wisata.
Baca Juga: Dua Pemain Ini Ikut Latihan Perdana PSS
"Saya lebih ke bisnis ikhlas. Jika menyukai Krisna silakan, biar customer yang memilih. Daripada memiliki perjanjian bisnis, namun dapat merenggangkan relasi bisnis yang sudah terjalin baik," tambahnya.
Bisnis yang memiliki omzet puluhan milyar dalam sebulan tersebut memiliki emosi sosial bagi para kaum difabel.
"Kami mempekerjakan para difabel dalam bisnis. Karena dalam bisnis harus memberikan porsi juga kepada mereka supaya lebih bermanfaat," ucap Krisna.(*3)