Krjogja.com, YOGYA - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati posisi kedua tertinggi di Indonesia untuk jumlah penderita Diabetes Mellitus (Diabetesi) dengan angka 2,4%.
Pengendalian berat badan pada Diabetesi menjadi kunci utama dalam menjaga kadar gula darah dan memperbaiki kontrol metabolik jangka panjang. Sayangnya, sebagian besar Diabetesi di Yogyakarta masih mengalami kegemukan, yang menjadi tantangan tersendiri dalam penanganan penyakit ini.
Penelitian terbaru dari tim Prodi Gizi Universitas Respati Yogyakarta (Unriyo) yang diketuai oleh Ari Tri Astuti, bersama Siti Wahyuningsih dan Fera Nofiartika, mengungkapkan bahwa sekitar 51,43% Diabetesi yang diteliti di salah satu Klinik Pratama di Kabupaten Sleman masih mengalami kegemukan.
Pengukuran status gizi melalui Indeks Massa Tubuh (IMT) menunjukkan banyak Diabetesi memiliki IMT di atas 25 kg/m2 hingga 29,9 kg/m2, mengindikasikan kelebihan berat badan hingga obesitas.
Ari Tri Astuti menjelaskan bahwa kegemukan pada Diabetesi dapat mengurangi respon hormon insulin terhadap gula darah, sehingga pengaturan kadar gula menjadi semakin sulit dan berpotensi menimbulkan berbagai komplikasi.
“Selain konsumsi obat, pengendalian gula darah perlu ditunjang dengan edukasi, pengaturan makan, dan olahraga yang terintegrasi dan rutin,” ujarnya, Sabtu (31/8/2024).
Namun, banyak Diabetesi yang belum konsisten dalam menjalani pola hidup sehat ini, sehingga pengelolaan penyakit tidak optimal.Kurangnya pengawasan dan ketidakrutinan dalam menjalankan anjuran kesehatan membuat banyak Diabetesi kesulitan mengontrol berat badan mereka.
Hal ini menyoroti pentingnya kolaborasi antara tenaga kesehatan dalam menangani masalah kegemukan pada Diabetesi.
“Kolaborasi antara tenaga kesehatan perlu ditingkatkan agar edukasi dan pengaturan makan dapat dilakukan lebih efektif dan berkelanjutan,” pungkas Ari. (Dev)