Krjogja.com- Yogya - Para pelaku pariwisata khususnya yang tergabung dalam Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indon (PHRI) mengaku kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke DIY masih jauh dari harapan dan lesu pasca pandemi hingga saat ini.
Untuk itu, pelaku industri pariwisata DIY tersebut sepakat ingin menarik turis dari Bali dengan menambah frekuensi penerbangan langsung atau direct flights.
Plh Ketua Asita DIY, Edwin Ismedi Himna, mengatakan jumlah kunjungan wisman di DIY belum kembali normal seperti sebelum pandemi. Jumlah kunjungan wisman di DIY bisa mencapai 350 ribu wisatawan dalam setahun kala itu. Usai pandemi, kunjungan wisman belum bisa bergerak signifikan, paling antara 200 hingga 250 ribu wisman per tahun.
Baca Juga: Kenalkan Kopi Nusantara, 9 Rider Vespa Berkendara Jelajahi Rute Jogja Sabang
" Melihat kondisi tersebut para pelaku pariwisata DIY mencari solusi demi bisa menggenjot jumlah kunjungan turis ke DIY. Salah satunya kami berdiskusi dengan pelaku pariwisata Bali melalui table top belum lama ini. Sebab Pulau Dewata mampu mendatangkan banyak wisman. Kemudian Wisman di Bali butuh destinasi lain sepet Indonesia Timur dan DIY" ungkap Edwin di Yogyakarta, Senin (14/10).
Edwin mengaku optimis mampu menarik wisman dari Bali ke Yogyakarta, utamanya bagi wisman asal India, Jepang, dan Korea yang menurutnya memiliki minat berkunjung ke Borobudur. Terlebih kebanyakan anggota Asita DIY adalah pemain inbound yang melayani kunjungan wisman.
“Wisman yang ke Bali itu dari Australia, China, dan India. Market yang perlu di-grab lagi adalah Jepang dan Korea Selatan, mereka masuk 10 besar di Bali. Jepang masuk 10 besar juga di DIY, tetapi sekarang jauh tertinggal. Market lain yang ada di DIY itu Eropa, tetapi masih didominasi Malaysia karena ada penerbangan langsung,” tandasnya
Baca Juga: Kenalkan Kopi Nusantara, 9 Rider Vespa Berkendara Jelajahi Rute Jogja Sabang
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengakui PHRI DIY memang harus berkolaborasi dengan asosiasi lain, terutama Asita DIY. Sebab PHRI DIY tidak bisa berdiri sendiri, apalagi saat daya beli wisatawan domestik cenderung turun. Deflasi yang terjadi lima kali ini sudah kami rasakan.
" Sehingga segmen wisman ini yang di harapkan ada terus, stabil..aktraksi budaya harus terus dipertahankan oleh DIY. Menurut dia, DIY memiliki keunikan yang tidak bisa ditemukan di daerah lain, yaitu Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.
Deddy menilai promosi pariwisata DIY ke luar negeri juga sangat kurang. Padahal DIY sudah mempunyai direct flight langsung ke Malaysia dan Singapore, namun pasa itu masih kurang digarap dengan maksimal. Maka PHRI DIY mendorong Pemda untuk promosi paling tidak promosi ke negara ASEAN yang marketnya jelas di depan mata,. (Ira)