Penting, Perkuat Peran Filantropi dalam Perawatan Paliatif

Photo Author
- Rabu, 16 Oktober 2024 | 20:50 WIB
  Para pemateri dan pembahas saat memaparkan materi dalam acara Fornas ke-14 Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. KR-Istimewa  
Para pemateri dan pembahas saat memaparkan materi dalam acara Fornas ke-14 Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. KR-Istimewa  
 
 
KRjogja.com, YOGYA - Forum Nasional (Fornas) ke-14 Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI) yang berlangsung secara hybrid mengangkat tema krusial terkait pentingnya filantropi dalam perawatan paliatif penyakit kanker, jantung, stroke, dan uronefrologi (KJSU).
 
Kegiatan yang diadakan  oleh Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dimoderatori Public Health Professional sekaligus anggota tim paliatif RS Panti Rapih Dr Jodi Visnu.
 
"Perawatan paliatif ini secara signifikan bisa meningkatkan efisiensi penggunaan obat, menghemat biaya, serta meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya. Hal ini menunjukkan pentingnya pengembangan dan dukungan terhadap perawatan paliatif di Indonesia,"kata 
Dr Rudi Putranto dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di FK-KMK UGM, Rabu (16/10).
 
Menurutnya, filantropi adalah bentuk kedermawanan yang berarti pemberian yang dilakukan secara sukarela, terorganisir, dan berkelanjutan. Dalam hal pembiayaan kesehatan di Indonesia, selama 10 tahun terakhir, pemerintah telah menerapkan jaminan kesehatan nasional (JKN) bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Namun, meski sistem itu sudah berjalan, pendanaan pemerintah masih belum bisa sepenuhnya mencakup pembiayaan perawatan paliatif.
 
Hal senada diungkapkan oleh Dr Teguh Perdamaian dari Universitas Kristen Duta Wacana. Menurutnya, di banyak negara maju, sudah terdapat anggaran terpisah khusus untuk perawatan paliatif. Hal itu menjadi contoh penting bagi Indonesia yang masih perlu memperkuat struktur pendanaan paliatif agar bisa lebih terjangkau secara luas bagi masyarakat yang membutuhkan.
 
Sementara itu para pembahas, seperti Prof Christantie Effendy, Dr Maria Astheria Witjaksono, dan Dr Apt Diah Ayu Puspandari,  menyoroti pentingnya protokol dan standar pembiayaan di tingkat nasional. Dengan adanya standar itu diharapkan bisa mengestimasi kebutuhan biaya serta menjaga keberlangsungan layanan paliatif hingga ke masyarakat luas.
 
"Melihat pentingnya isu ini, kami berharap ke depan filantropi dapat dirumuskan dalam kebijakan yang lebih konkret untuk mendukung perawatan paliatif. Selain itu juga memastikan bahwa setiap orang, tanpa memandang status ekonomi, dapat mengakses perawatan yang layak. Kolaborasi dari berbagai pihak mulai dari pemerintah, institusi kesehatan, serta masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai tujuan itu," papar Christantie.
 
Ditambahkannya, forum nasional tersebut tidak hanya menjadi ruang diskusi. Tetapi juga wadah untuk merumuskan kebijakan tepat yang dapat diterapkan dalam sistem kesehatan nasional. Selain itu juga mengintegrasikan filantropi sebagai solusi untuk tantangan perawatan paliatif di Indonesia. Dengan demikian, dapat memastikan akses dan keberlanjutan perawatan paliatif yang berkualitas di masa depan. (Ria)
 
 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X