Krjogja.com - YOGYA - Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK-KMK UGM, bekerja sama dengan Oxford University Research Unit (OUCRU) dan didukung oleh Center for Disease Control (CDC) telah menyelesaikan studi yang meneliti tentang efektifitas pemberian vaksinasi tambahan (booster) Covid-19 di Indonesia.
Menurut dr M Hardhantyo MPH PhD selaku project director studi ini dari PKMK FK-KMK UGM, pemberian vaksinasi tambahan (booster) terbukti secara signifikan mampu melindungi masyarakat dari risiko kematian atau keparahan yang disebabkan oleh Covid-19, mencegah gejala berat dan mengurangi risiko Long Covid.
"Maka dari itu, vaksinasi tambahan ini tetap penting diberikan kepada masyarakat terutama populasi yang berisiko seperti tenaga kesehatan atau orang berusia 50 tahun ke atas," ujar Hardhantyo di sela acara diseminasi hasil penelitian sekaligus closing site Yogyakarta di Hotel Swiss-Belboutique, Jalan Jenderal Sudirman Yogyakarta, Senin (2/12/2024).
Baca Juga: PGSD UST Siapkan Mahasiswa Menjadi Pendidik yang Kolaborarif dan Kreatif
Dijelaskan Hardhantyo, penelitian ini dilakukan di Jakarta dan Yogykarta dimulai sejak Maret 2023 dan berakhir pada Mei 2024. Tujuannya untuk mengevaluasi efektivitas tiga dosis vaksin Covid-19 dibandingkan dengan dua dosis pada pasien Covid-19 bergejala.
"Dengan data yang dihimpun dari 14 fasilitas kesehatan di Jakarta dan Yogyakarta, studi ini menjadi salah satu langkah konkret dalam memahami dampak booster vaksin terhadap pencegahan kasus berat dan Long Covid," ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan Hardhantyo, pada akhir tahun 2023, Indonesia mengalami kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan, terutama karena munculnya varian baru Covid-19, yaitu JN.1. Varian ini ditemukan pada 43% dari total 453 kasus konfirmasi Covid-19 yang tercatat antara November hingga awal Desember 2023 berdasarkan analisis Whole Genome Sequencing (WGS).
Baca Juga: Fitbar Protein Bar Dukung Gaya Hidup Aktif
Selain peningkatan kasus Covid-19, muncul pula masalah Long Covid, yaitu kondisi di mana pasien yang telah sembuh dari Covid-19 mengalami gejala berkepanjangan seperti kelelahan kronis, gangguan pernapasan, dan masalah otot. "Adanya peningkatan kasus Covid-19 di akhir tahun 2023 disertai munculnya masalah Long Covid, menambah urgensi temuan dalam penelitian ini," katanya.
Hardhantyo berharap, hasil penelitian ini dapat menjadi panduan berbasis bukti bagi pengambil kebijakan dalam mempercepat program vaksinasi booster. "Kami percaya hasil penelitian ini dapat menjadi fondasi kebijakan yang lebih efektif untuk mengatasi ancaman Covid-19, terutama di tengah munculnya varian baru. Temuan ini diharapkan tidak hanya memperkuat program vaksinasi, tetapi juga membuka jalan bagi riset lanjutan terkait penanganan Long Covid di Indonesia," pungkasnya. (Dev)