Seminar dan Bedah Buku Jejak Peradaban 2024, Kiprah Perempuan Kraton Yogya di Domestik, Publik dan Politik

Photo Author
- Minggu, 15 Desember 2024 | 11:10 WIB
GKR bendara, Menteri PPPA RI dan GKR Hemas dalam konferensi pers usai pembukaan seminar  (Juvintarto)
GKR bendara, Menteri PPPA RI dan GKR Hemas dalam konferensi pers usai pembukaan seminar (Juvintarto)

KRJogja.com - YOGYA - Peran perempuan di Keraton Yogyakarta, terlihat dari kiprah Prameswari (permaisuri) tidak hanya sebagai istri atau ibu dari anak-anak (ruang domestik), tetapi juga memiliki dimensi peran lainnya di ruang Publik, dan Politik.

Perempuan punya kuasa atas dirinya, berdaulat dan merdeka untuk tentukan langkah Kesetaraan peran perempuan terus diperjuangkan.

Baca Juga: Liburan Akhir Tahun, Ini 4 Bonbin Selain Gemira Loka Jogja yang Layak Dikunjungi Wisatawan

"Sejarah perjuangan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran perempuan, ada tercatat puluhan pahlawan nasional perempuan. Ditarik ke belakang peran perempuan dalam berbagai dimensi dilakukan para permaisuri di Keraton Yogya," ungkap Wakil Ketua DPD RI 2024 - 2029 GKR Hemas dalam sambutan saat membuka Seminar dan Bedah Buku Jejak Peradaban, Sabtu (14/12) di Yogyakarta Marriot Hotel.

Prameswari dari Sri Sultan HB X ini menyebutkan seminar dalam rangkaian "Pameran Parama Iswari Mahasakti Keraton Yogyakarta" menampilkan peran-peran Prameswari sebagai perempuan nomor satu dalam tatanan politik kota kerajaan, berperan di ruang-ruang publik. Peran-peran itu juga tertuang dalam Buku "GKR Hemas Ratu di Hati Rakyat".

"Di ranah politik saat ini perempuan mulai mendapatkan peran sebagai pemimpin, legislator, dan pembuat kebijakan. Tahun 2004 saat awal terjun ke kancah politik nasional sebagai anggota DPD RI dari DIY diskriminasi peran perempuan masih kental terasa hingga kemudian berjuang dan diterbitkan UU yang mendukung/melindungi peran perempuan," ungkap GKR Hemas.

Baca Juga: Maliq & D'Essentials Rilis Single 'Senja Teduh Pelita' Versi Unplugged Wujud Syukur Sukses 2024

Sedangkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Dra Arifatul Choiri Fauzi, MSi selaku pembicara kunci menyebutkan jika sebelumnya ada Desa,/Kelurahan Ramah Anak kini menjadi Ruang Bersama Indonesia sebagai wujud perlindungan perempuan dan anak.

"Bahwa kiprah perempuan setara dan bisa bekerjasama dengan laki-laki dengan peran strategis," jelasnya.

Sebelumnya Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya, GKR Bendara yang juga penggagas even ini menyebutkan berdasarkan definisinya, permaisuri atau parama iswari merupakan terminologi Jawa yang berarti “langkung luhuring pawestri” atau lebih dari perempuan utama.

"Pada realitas sejarah, tercatat permaisuri sejak pemerintahan Sri Sultan HB I memegang peran penting sebagai panglima kesatuan prajurit bernama Langenkusuma. Tidak sekadar mahir di bidang militer, tetapi juga cakap dalam strategi perang dan politik. Kesatuan Langenkusuma pun menjelma menjadi praksis muruah bagi perempuan pada paruh abad ke-19," jelasnya.

Acara dibuka dengan penampilan Women Quintet Yogyakarta Royal Orchestra. Sedang Seminar dalam 3 sesi berlangsung hingga malam harinya. Sesi 1 Perempuan di Ruang Domestik dengan Pembicara: Asri Saraswati (Pendiri Agradaya) dan Agus Rahmat Hidayat, MSi (Pendiri Ayah ASI), Moderator: Santi Zaidan (MC & Desainer)

Dilanjutkan Bedah Buku “GKR Hemas Ratu di Hati Rakyat” Pembicara: Indra Syamsi (Editor), Dr. Faraz Umaya (Kontributor) Moderator; Rahmat idris (Pewara Berita TVRI Jogia).

Sesi 2 Perempuan di ruang Sosial Publik dengan Pembicara GKR Hayu (Penghageng Kawedanan Tondha Yekti, Keraton Yogyakarta), Naila Novaranti (Atlet Terjun Payung Internasional Simba) Moderator Rahmat Idris.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X