PPBI Sekar Jagad Terus Edukasi Masyarakat, Tekstil Motif Batik Bukan Batik

Photo Author
- Minggu, 22 Desember 2024 | 06:45 WIB
 Talkshow edukasi batik yang diselenggarakan PPBI Sekar Jagad. Foto: Devid Permana
Talkshow edukasi batik yang diselenggarakan PPBI Sekar Jagad. Foto: Devid Permana


Krjogja.com - YOGYA - Seiring dengan berkembangnya teknologi batik, saat ini muncul banyak sekali tekstil motif batik di tengah masyarakat, yang sebenarnya itu bukan batik. Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad terus mengedukasi masyarakat agar mengetahui perbedaan antara batik yang asli (batik tulis, batik cap) dengan batik tiruan/imitasi (tekstil motif batik).

Ketua II PPBI Sekar Jagad, Afif Syakur menjelaskan, batik bukan hanya sekedar fisik semata, tapi sebuah proses rintang warna dengan malam panas dan alat canting tulis atau cap yang mempunyai makna. Adapun tekstil motif batik, meskipun membentuk motif dan ada maknanya, tapi teknik atau proses pembuatannya tidak dengan malam panas sebagai perintang warna. Sehingga tekstil motif batik bukanlah batik.

"Hal ini perlu terus diedukasikan kepada masyarakat luas, terutama ke dunia pendidikan (siswa-siswa). Ini yang terus kami (PPBI Sekar Jagad) lakukan," terang Afif dalam acara Talkshow bertema 'Edukasi Batik Tulis, Batik Cap dan Tekstil Motif Batik' di Ndalem Patehan, Jalan Patehan Yogyakarta, Sabtu (21/12/2024).

Talkshow menghadirkan narasumber lain yaitu Djijono (Unit Sanggar PPBI Sekar Jagad) dan Masiswo MSn (Pembina Industri Ahli Madya, Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta) dipandu moderator Elok Setiawardhani, diikuti para anggota PPBI Sekar Jagad. Turut hadir Ketua I PPBI Sekar Jagad Laretna T Adishakti. Di sela talkshow digelar Bazar Akhir Tahun Batik Satu Harga.

Djijono menjelaskan cara membedakan batik asli dengan batik tiruan/imitasi secara visual. Menurutnya, dari segi bahan, batik asli, baik itu batik tulis atau batik cap selalu ada tapak malam dan bau malam. Selain itu, hanya bahan-bahan khusus yang bisa diproses batik. Sedangkan bahan sintetis seperti tetron tidak mungkin dibatik, karena sistem pewarnaanya kontradiktif dengan penggunaan malam sebagai perintang warna.

"Pewarnaan untuk serat-serat sintetis itu biasanya memerlukan panas dan tekanan, sehingga adanya lilin/malam di bahan sintetis tidak akan mungkin, karena lilin/malam akan rusak oleh panas maupun tekanan," katanya.

Sedangkan Masiswo mengatakan, banyak nilai positif yang didapat ketika masyarakat sudah teredukasi mengenai batik. Selain bisa terus menjaga batik sebagai warisan budaya adiluhung bangsa Indonesia, produsen batik akan terangkat produktivitasnya, ketika yang dibeli oleh masyarakat adalah batik, bukan tiruan batik/batik imitasi. Kemudian kualitas batik akan terjaga sesuai standar yang berlaku di Indonesia (SNI batik).

"Tentu saja kalau produktivitas batik meningkat, pemasaran semakin luas, maka roda perekonomian terkait industri batik terbuka luas, mulai dari bahan baku akan terserap, tenaga kerjanya akan mendapatkan upah yang selayaknya didapatkan, dan sektor industri lain yang bersinggungan dengan industri batik juga akan merasakan dampak positifnya," katanya. (Dev)


 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X