Dari Majapahit hingga Kamardikan: Koleksi Keris Hadir Rutin di Taman Kuliner di Pasty

Photo Author
- Jumat, 31 Januari 2025 | 10:52 WIB
Berbagai koleksi keris yang ditampilkan secara rutin di Taman Kuliner Pasty setiap Sabtu dan Minggu (Foto: Primaswolo S)
Berbagai koleksi keris yang ditampilkan secara rutin di Taman Kuliner Pasty setiap Sabtu dan Minggu (Foto: Primaswolo S)

Krjogja.com - YOGYA – Upaya melestarikan seni budaya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah memperkenalkan kembali keris sebagai warisan budaya yang adiluhung kepada masyarakat luas. Paguyuban Lar Gangsir di Yogyakarta menjadi salah satu komunitas yang aktif mengenalkan dan melestarikan keris melalui pameran dan edukasi.

Sebagai senjata tradisional sekaligus karya seni yang sarat makna filosofis, keris tidak sekadar menjadi benda koleksi, tetapi juga memiliki nilai historis tinggi. Untuk mendekatkan masyarakat dengan budaya keris, Lar Gangsir rutin mengadakan pameran di Taman Kuliner Pasty (Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta), sebuah lokasi yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya pecinta tanaman hias, satwa, ikan hias, serta penggemar musik tembang kenangan.

Baca Juga: Yesbow Band, Musik untuk Kebahagiaan dan Interaksi di Panggung Seni Pasty

Menurut Ketua Paguyuban Lar Gangsir, Hedi Haryanto, kehadiran komunitasnya di Taman Kuliner Pasty sudah berlangsung selama beberapa bulan dan mendapatkan respons positif. "Kami hadir di sini dua kali seminggu, setiap Sabtu dan Minggu. Selain sebagai ajang bursa keris, kegiatan ini juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat yang ingin memahami lebih dalam tentang keris," ujar Hedi.

Hedi Haryanto, Ketua Perkumpulan Lar Gangsir (Foto; Primaswolo S)

Di lokasi ini, para pengunjung tidak hanya bisa melihat berbagai jenis keris, tetapi juga berkonsultasi mengenai keaslian, filosofi, hingga cara merawatnya. Pameran ini menjadi ruang interaksi bagi para kolektor dan peminat keris, sekaligus memperkenalkan budaya ini kepada generasi muda agar tidak punah ditelan zaman.

Beragam Koleksi Keris Bersejarah
Pameran yang digelar di Pasty tidak hanya menampilkan keris baru (kamardikan) yang dibuat setelah kemerdekaan RI, tetapi juga menghadirkan keris berusia ratusan tahun dari berbagai era kerajaan Nusantara. "Kami memiliki koleksi keris dari masa Kerajaan Majapahit hingga yang lebih tua dari era Kerajaan Sagaluh, yang ada sebelum Pajajaran," jelas Hedi.

Baca Juga: Keris Pusaka yang Dipulangkan dari Belanda Milik Fadli Zon Turut Dipamerkan di ICH Festival 2024, Jadi Ruang Promosi Strategis Kebudayaan Bangsa

Keberagaman koleksi ini menjadi daya tarik tersendiri, karena pengunjung dapat melihat langsung evolusi seni pembuatan keris dari zaman ke zaman. Setiap bilah keris memiliki pamor (pola pada bilah) yang unik dan menyimpan makna mendalam, baik secara filosofis maupun spiritual.

Pameran Besar dan Kehadiran Empu Keris
Selain menggelar pameran rutin di Pasty, Paguyuban Lar Gangsir juga menyelenggarakan pameran besar setiap dua tahun sekali. Acara ini tidak hanya menampilkan berbagai koleksi keris, tetapi juga menghadirkan empu keris—sebutan untuk perajin keris yang memiliki keahlian tinggi dalam menempa dan membentuk bilah keris.

"Di pameran besar ini, kami juga mengadakan diskusi, sesi tanya jawab, hingga bursa keris bagi para kolektor dan pecinta budaya," tambah Hedi.

Baca Juga: Mahakarya Diakui Unesco, Keris Perlu Dikenalkan Kepada Generasi Muda

Saat ini, jumlah anggota komunitas Lar Gangsir terus bertambah. Dari waktu ke waktu, semakin banyak orang yang tertarik untuk mempelajari dan memiliki keris sebagai bagian dari warisan budaya Nusantara. "Saat ini kami memiliki sekitar 45 anggota aktif yang berkomitmen untuk menjaga kelestarian budaya keris," ungkap Hedi.

Keris: Lebih dari Sekadar Senjata
Keris bukan hanya sebatas senjata tradisional, tetapi juga memiliki nilai seni, sejarah, dan filosofi yang dalam. Dalam budaya Jawa, keris melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, serta keselarasan hidup. Setiap ukiran, bentuk, dan pamor yang terdapat pada bilahnya memiliki makna tertentu, menjadikannya sebagai simbol kebesaran dan spiritualitas.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Primaswolo Sudjono

Tags

Rekomendasi

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB
X