Krjogja.com - Yogya - Dialog budaya malam Setu Kliwon di Bangsal Kepatihan Kadipaten Pakualaman Yogyakarta kali ini, menggelar pembicaraan tentang "Kadipaten Pakualaman sebagai Pengemban Kebudayaan." Dialog budaya pada Jumat (21/2) malam Sabtu itu menampilkan pembicara KPH Kusumoparastho, KMT Ndoyodiprojo dengan moderator KRT Jayengtaruno.
Menurut KPH Kusumoparastho, Kadipaten Pakualaman sudah menetapkan dirinya sebagai pengemban budaya dan dituangkan dalam visi pada renstra dari kadipaten. "Mewujudkan Kadipaten sebagai organisasi pengemban kebudayaan DIY yang efektif, effisien dengan dukungan sumber daya manusia yang mumpuni dan perangkat organisasi yang handal dan secara aktif mensejahterakan warga DIY," kata Kusumoparastho.
Menurutnya dalam perjalanan kehidupan kadipaten, telah mempunyai budaya sendiri, berupa naskah, babad, ajaran piwulang estri, tari, gamelan, dan juga berbagai upacara labuhan, bucalan, wiyosan dalem, berbagai selamatan, pisowanan, yang berlangsung 200 tahun.
Baca Juga: Di Tengah Dinamika Ekonomi Global, Himbara Cetak Kinerja Solid dengan Tata Kelola yang Baik
Sementara KMT Ndoyodiprojo menuturkan pelaksanaan kegiatan kebudayaan antara lain untuk pengetan, ada Hadeging Kadipaten Pakualaman, wiyosan dalem, grebeg Mulud dan grebeg Besar. Upacara adat, ada 1 Sura, Ruwahan, labuhan, pergantian duaja prajurit. Sedang pawiyatan abdi dalem meliputi keistimewaan DIY, tata kelola kadipaten, bahasa Jawa (unggah-ungguh), bahasa Inggris (penguasaan percakapan). Untuk pawiyatan umum, beksa, sindhen, jemparingan, membatik dan keistimewaan DIY. (War)