Krjogja com -Yogya - Sebanyak 8 negara akan bergabung dalam Yogyakarta International Dance Carnival dari tanggal 15 sampai 20 Agustus mendatang, kegiatan ini akan menjadi agenda internasional. Yogya sebagai tuan rumah dan menyukseskan kegiatan tersebut.
Ketua Umum Yayasan Warna Budaya Indonesia (Color of Indonesia), Vivi Sandra Putri mengatakan kegiatan Internasional itu ingin membuat Yogya lebih berwarna.
"Diharapkan ini menjadi semakin menambah kekuatan budaya di Yogya. Teman-teman manca negara sebanyak 300 orang akan hadir ada dari negara Polandia, India, Filipina, Malaysia, Sri Lanka, Zimbabwe, hingga Colombia. Ini akan jadi event tahunan di Yogya, "kata Vivi.
Baca Juga: Bank Syariah Indonesia Bagikan Dividen Rp1,05 Triliun Pada 19 Juni 2025
Ia melanjutkan, Yogya bukan yang pertama kali. Jakarta kami sudah melakukan tahun keempat, dan Sulawesi Selatan tahun pertama.
"Setiap tahun kami akan menambah bagaimana lebih mengenalkan juga kebudayaan Indonesia dan destinasi-destinasi hari wisata yang mungkin belum tersentuh, tapi dengan budaya ini mereka datang dan mereka langsung mengalami pengalaman," tambahnya.
Di sisi lain, Color of Indonesia telah mendirikan kantor cabang di Yogya. Hal ini merupakan satu perkembangan yang bagus dari organisasi ini karena Yogya dikenal sebagai kota budaya.
Retno Sudiyanti selaku pimpinan cabang Color of Indonesia Yogya menuturkan Color of Indonesia akan membuat banyak berbagai program yang berkaitan dengan kebudayaan yang ada di Yogya.
"Kehadiran color of Indonesia di Yogya nanti akan memperkuat kegiatan-kegiatan kebudayaan, kegiatan-kegiatan seni sehingga jadi Yogyq sebagai brand kota budaya itu menjadi semakin kuat., " katanya.
Ia melanjutkan, program kerja Color of Indonesia adalah kegiatan kebudayaan.
Baca Juga: BBPPMT Yogyakarta Gelar Pelatihan Barista, Dukung Program Transmigrasi Karya Nusa
"Yang akan dimunculkan itu lebih banyak kepada kebudayaan yang berakar pada seni tradisi. Misalnya Yogya punya tari-tarian, folklor, nyanyian dan lainnya. Kegiatan ini bukan hanya melestarikan tapi dia justru memperkuat atau bisa menjadi bahan riset tentang kebudayaan itu sendiri, "ujarnya. (*3)