Krjogja.com - YOGYA – Kebijakan pelarangan study tour oleh salah satu kepala daerah di Indonesia mulai menimbulkan kekhawatiran di berbagai daerah, termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata edukatif pelajar. Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi A DPRD DIY Hifni Muhammad Nasikh mendorong pelaku usaha pariwisata dan Pemda DIY untuk segera melakukan terobosan agar sektor wisata tidak terdampak secara signifikan.
Dalam keterangannya kepada wartawan usai kunjungan kerja Komisi A DPRD DIY ke pengelola museum di Bali, Hifni menyatakan bahwa kebijakan pelarangan study tour bisa berdampak berbeda di tiap daerah. Bali, menurutnya, memiliki segmen wisata yang jauh lebih luas dan tidak bergantung sepenuhnya pada wisata pelajar.
"Kemungkinan kalau DIY ada penurunan akibat larangan study tour karena segmen wisata pelajar cukup signifikan. Sementara Bali segmennya lebih banyak ke wisatawan umum, termasuk mancanegara," kata Hifni, Senin (24/6/2025).
Baca Juga: Hifni Muhammad Nasikh: Optimalisaai APBD DIY Butuh Perangkat Daerah Inovatif dan Responsif
Ia mengingatkan bahwa Yogyakarta memiliki karakteristik wisata edukasi dan budaya yang selama ini banyak diminati pelajar dari berbagai daerah. Oleh karena itu, menurut Hifni, baik pelaku usaha wisata maupun pemerintah daerah perlu melakukan adaptasi dan inovasi agar tetap bisa menarik minat wisatawan dari segmen lain.
"Pelaku usaha dan pemerintah perlu terobosan untuk bisa menembus tantangan itu, salah satunya lewat strategi marketing yang tepat dan terus meng-upgrade produk wisata agar sesuai dengan dinamika serta tren terbaru,” ujar Hifni.
Riset Pasar Jadi Kunci
Selain memperkuat strategi promosi, Hifni menekankan pentingnya melakukan riset pasar untuk memahami perubahan perilaku konsumen wisata. Ia menyarankan agar pelaku wisata di DIY mulai menyasar segmen-segmen baru yang dinilai masih kuat dan memiliki potensi pertumbuhan.
“Perlu penelitian pasar tentang segmen yang masih kuat, lalu menyesuaikan produk, harga, layanan, dan sarana pendukung sesuai kebutuhan segmen tersebut,” tambahnya.
Baca Juga: Hifni Muhammad Nasikh: Pers Harus Jadi Pilar Informasi Valid dan Mencerdaskan Bangsa
Menurutnya, DIY masih memiliki banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan dan dipasarkan, mulai dari wisata sejarah, religi, alam, hingga wisata digital dan kekinian yang digemari generasi muda.
Kunjungan Komisi A DPRD DIY ke sejumlah museum di Bali, termasuk Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi), memberikan inspirasi penting bagi pengembangan pariwisata DIY, khususnya dalam konteks pendidikan sejarah dan ideologi kebangsaan.
Dari kunjungan tersebut, Hifni juga menyoroti pentingnya menghadirkan produk wisata edukatif yang tidak hanya menarik dari sisi tampilan, tetapi juga memiliki nilai tambah edukasi dan ramah lingkungan.
Ia menilai sinergi antara pelaku wisata, pemerintah, dan institusi pendidikan perlu ditingkatkan agar program wisata edukatif tetap bisa berjalan meskipun dengan penyesuaian bentuk dan tujuan.
“Ini juga bisa jadi momentum untuk memperbaiki dan memperkaya konten wisata kita, tidak semata mengandalkan kunjungan pelajar, tapi juga membangun ekosistem wisata yang inklusif dan adaptif,” katanya.