Krjogja.com - SLEMAN - Pesantren di Yogyakarta terus bertransformasi menjadi lingkungan belajar yang bersih, rapi, dan nyaman. Upaya ini salah satunya diwujudkan melalui Sosialisasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Kampanye Pesantren Ramah Anak yang diadakan Sinergi Ekosistem Pesantren (SEP) di Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Depok Sleman, Rabu (13/8/2025).
Ketua SEP, Ahmad Tazakka Bonanza, mengatakan kegiatan sosialisasi dan kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran santri dan pengelola pesantren tentang pentingnya kebersihan, kesehatan, serta perlindungan anak di lingkungan pesantren.
"Pola hidup bersih dan sehat di pesantren bukan hanya soal teori, tetapi bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pesantren adalah tempat yang tepat untuk mendidik generasi muda dengan nilai kebersihan, kesehatan, dan akhlak yang baik," ujarnya.
Kegiatan ini diikuti tak kurang dari 100 peserta yang terdiri atas pimpinan pondok pesantren dan perwakilan santri dari 50 pesantren se-DIY. Untuk memperkuat materi, SEP bekerja sama dengan Rifka Annisa Women's Crisis Center dan NGO Water.org. Kegiatan ini turut didukung oleh Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) DIY dan Pusat Koperasi Syariah Daerah Istimewa Yogyakarta (Puskopsyah) DIY.
Ahmad menambahkan, kegiatan serupa akan dilakukan secara berkelanjutan disertai monitoring rutin setiap bulan bersama pimpinan pesantren yang telah terlibat dalam program ini.
Ketua Hebitren DIY, Muhammad Khoeron, menyampaikan bahwa citra pesantren kini harus bertransformasi menjadi lingkungan yang bersih, rapi, dan nyaman. Ia berharap pesantren di Yogyakarta dapat menjadi teladan dalam pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan.
Khoeron mengakui bahwa masih ada kasus bullying atau kekerasan di pesantren, meski jumlahnya relatif kecil dibanding lembaga pendidikan lain. Menurutnya, definisi bullying juga perlu diluruskan agar tidak semua pertengkaran kecil antar santri dianggap sebagai perundungan.
Sementara itu, Siska Nanda Raihan dari Rifka Annisa memaparkan materi tentang pengenalan jenis-jenis kekerasan seksual, cara pencegahan, serta dampaknya bagi korban. Ia menilai kurangnya edukasi menjadi salah satu penyebab kasus kekerasan seksual. "Edukasi yang tepat diharapkan mampu membuat individu, terutama santri, lebih waspada dan mampu melindungi diri," katanya. (Dev)